Unsurhara esensial adalah unsur hara yang diperlukan tanaman untuk pertumbuhannya. Jika unsur ini tidak tersedia bagi tanaman, maka tanaman akan menunjukkan gejala kekurangan (defisiensi) dan pertumbuhannya terganggu. Unsur hara esensial di antaranya: N, P, K, Ca, Mg, S, Fe, B, Mn, Cu, Zn, Mo, Ni, dan Cl. BAGIKAN LEAVE A COMMENT

0% found this document useful 0 votes578 views4 pagesOriginal TitleUNSUR HARA ESENSIAL DAN NON-ESENSIALCopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes578 views4 pagesUnsur Hara Esensial Dan Non-EsensialOriginal TitleUNSUR HARA ESENSIAL DAN NON-ESENSIALJump to Page You are on page 1of 4 You're Reading a Free Preview Page 3 is not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.

Dikatakanunsur hara non esensial karena unsur hara tersebut belum diketahui secara jelas fungsinya. Sebagai contoh unsur logam Pb dan Cd. Unsur hara esensial yang dibutuhkan dalam jumlah yang banyak (Makro) antara lain : Berasal dari udara dan air : Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O) Unsur hara makro primer : Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K)

0% found this document useful 0 votes6K views8 pagesDescriptionUnsur Hara Esensesial dan Non Esensial Bagi TumbuhanOriginal TitleUnsur Hara Esensesial dan Non Esensial Bagi TumbuhanCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes6K views8 pagesUnsur Hara Esensesial Dan Non Esensial Bagi TumbuhanOriginal TitleUnsur Hara Esensesial dan Non Esensial Bagi TumbuhanDescriptionUnsur Hara Esensesial dan Non Esensial Bagi TumbuhanFull description

Tanamanmembutuhkan unsur hara esensial selama masa pertumbuhan dan perkembangannya. Unsur hara makro adalah unsur hara yang diperlukan oleh tanaman relatife dalam jumlah banyak. Unsur hara mikro dibutuhan tanaman hanya sedikit. Unsur hara makro & mikro unsur hara makro : Carbon (C) Oksigen (O) Hidrogen (H) Ntrogen (N) Fosfor (P) Kalium (K) Calcium (Ca) Magnesium (Mg) Sulfur (S) unsur hara mikro: Besi (Fe) Boron (Bo)

Apabila manusia dan binatang membutuhkan makanan untuk melangsungkan hidupnya, tumbuh dan berkembang maka demikian pula dengan tumbuhan. Bedanya adalah manusia dan hewan merupakan mahluk heterotrof yang mendapatkan sumber makanannya berupa zat-zat organik dari mahluk hidup lain. Sedangkan tanaman sebagai mahluk hidup autotrof memproses sendiri zat-zat organik dari bahan baku berupa unsur-unsur kimia sederhana yang disebut hara. Hara ini diperoleh tanaman dari alam sekitar, maupun dari pemberian manusia. Unsur hara yang diperoleh secara alamiah dan sangat berlimpah terdiri dari karbon C, oksigen O, hidrogen H. Ketiganya merupakan unsur hara mutlak atau pokok bagi tanaman sebagai bahan utama dan dominan penyusun tubuh tanaman. Tanpa ketiga unsur tersebut tanaman tidak mungkin bisa hidup. Selain ketiganya terdapat pula nitrogen N, sulfur S, kalsium Ca, fosfat P, kalium K, magnesium Mg dan mineral-mineral mikro. Tersedia juga di alam dari pelapukan sisa-sisa mahluk hidup yang telah terurai serta dari mineral tanah misalnya sisa material vulkanik. Tetapi ketersediaan unsur-unsur ini relatif terbatas. Bagi tanaman yang tumbuh alami seperti rerumputan, pepohonan di hutan, semak belukar dan tumbuhan liar keberadaan unsur-unsur tersebut masih mencukupi untuk tumbuh secara alami dan normal. Akan tetapi untuk tanaman yang sengaja ditanam dan dirawat oleh manusia dengan tujuan dipetik hasilnya atau dipanen disebut tanaman budidaya, unsur-unsur hara dari alam lama kelamaan mulai berkurang. Untuk memberikan hasil panen yang optimal dan dalam kurun waktu yang relatif singkat, manusia harus memberikan tambahan unsur hara sendiri yang berimbang dan memadai. Bahan-bahan sumber unsur hara yang ditambahkan secara sengaja itu disebut pupuk. Jadi pupuk adalah suatu bahan yang mengandung unsur hara atau nutrisi yang diberikan secara sengaja bagi tanaman, guna mencukupi kebutuhan unsur-unsur hara yang kurang tersedia di alam, untuk mempercepat dan mengoptimalkan pertumbuhan, perkembangan dan produktivitas tanaman. Unsur Hara Berdasar Jumlah Kebutuhan Tanaman 1. Unsur Hara Makro Disebut unsur hara makro karena dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak sebagai komponen utama dalam kelangsungan hidup dan pembentukan tubuh tanaman. Dibedakan menjadi 2 yaitu a. Unsur Hara Makro Bebas atau Tak Terbatas Terdiri dari karbon C, hidrogen H, dan oksigen O. Digolongkan sebagai unsur hara tak terbatas karena tanaman membutuhkannya dalam jumlah yang banyak dan ketersediaannya tidak terbatas di alam. Sepanjang waktu tanaman menyerap dan membebaskan ketiga unsur ini, yang tersedia melimpah tak terbatas dari udara. Tidak ada ukuran pasti berapa kebutuhan tanaman akan unsur C, H, dan O ini karena tanaman tak pernah kekurangan dan tak pernah keracunan karena kebanyakan menyerap unsur-unsur tersebut. C, H dan O merupakan bahan baku utama pembentuk zat-zat organik sakarida, asam amino, dan lipid yang berlanjut pada pembentukan komponen kompleks seperti karbohidrat, asam amino, lemak, yang akhirnya membentuk jaringan dan bagian-bagian tubuh tanaman. Selain itu unsur-unsur ini juga membentuk zat-zat organik metabolit seperti enzim, hormon pengatur tumbuh, vitamin, senyawa pertahanan alamiah, terpen dll. Menurut riset para ahli biokimia tumbuhan, keberadan unsur C, H dan O dalam tubuh tanaman berkisar 60% hingga 65 % dari bobot kering tanaman sebagai material organik. Ketika tanaman kering dibakar hingga menjadi arang sebagian kecil unsur C, dan sebagian besar unsur H dan O hilang, yang tersisa adalah arang yang 85%-nya merupakan unsur karbon dan sisanya berupa mineral kalsium, silika, fosfat dan dan lainnya. Tanaman menyerap C dalam bentuk karbon dioksida CO2, oksigen dan hidrogen dalam bentuk H2O air melalui fotosintesis untuk menghasilkan zat gula sederhana pembentuk lignin jaringan kayu, biji, buah, umbi dan organ-organ lainnya. Oksigen juga diserap melalui proses respirasi untuk merombak sebagian gula tadi menjadi energi bagi tanaman. Seluruh proses tersebut ditangani oleh klorofil zat hijau daun laksana tukang masak dimana daun adalah dapurnya. b. Unsur Hara Makro Terbatas Unsur hara makro terbatas ini dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak namun terbatas ketersediaannya di alam dan terbatas pemanfaatannya hingga jumlah tertentu. Tanaman budidaya membutuhkan asupan hara makro ini melebihi dari yang tersedia di alam untuk pertumbuhan dan produktivitas yang optimal. Dibagi menjadi 2 yaitu Hara makro primer yang terdiri dadi nitrogen N, fosfor P, dan kalium / potasium K. Hara makro sekunder yang kebutuhannya lebih sedikit daripada hara makro primer namun penting juga untuk dicukupi. Terdiri dari kalsium Ca, belerang / sulfur S dan magnesium Mg. Pada tanaman padi-padian termasuk jagung dan gandum kebutuhan unsur silika juga menempati posisi sebagai makro sekunder. 2. Unsur Hara Mikro Disebut hara mikro karena unsur-unsur ini dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang sangat sedikit dan memberikan peran sebagai unsur-unsur penunjang bagi pemanfaatan unsur-unsur makro oleh tanaman. Defisiensi unsur mikro bisa menyebabkan gangguan hingga kegagalan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Terlalu banyak pemberian unsur mikro bisa berakibat keracunan pada tanaman. Dengan adanya unsur mikro, maka unsur-unsur makro dapat diproses sesuai dengan fungsinya masing-masing. Pertumbuhan tanaman itu seperti proses membangun suatu gedung. Unsur-unsur hara makro ibaratnya material seperti semen, pasir, batu bata, tanah, gamping, dan kerikil yang wajib ada. Setelah semua bahan baku tersedia, maka kegiatan membangun siap dilaksanakan. Kegiatan membangun dalam tubuh tanaman disebut anabolisme, yaitu proses menyusun bahan-bahan baku berupa hara menjadi senyawa-senyawa organik kompleks dan berlanjut hingga menjadi tubuh tanaman. Agar proses pembangunan gedung terlaksana dengan baik, harus ada peralatan, tenaga tukang, dan mandor yang mengatur dan mengarahkan para tukang. Dalam anabolisme tanaman unsur-unsur mikro inilah yang menjalankan peranan seperti tukang, peralatan, dan mandor. Istilah tukang di tanaman disebut katalisator, sedangkan mandornya disebut regulator. Unsur mikro dibagi menjadi 2 a. Unsur Mikro Esensial Menurut Arnon dan Stout 1988 unsur hara dianggap esensial jika memenuhi 3 kriteria yaitu 1 diperlukan untuk menyelesaikan satu siklus hidup tanaman secara normal, 2 unsur tersebut memegang peran yang penting dalam proses biokimia tertentu dalam tubuh tanaman dan peranannya tidak dapat digantikan atau disubtitusi secara keseluruhan oleh unsur lain, 3 peranan dari unsur tersebut dalam proses biokimia tanaman dibutuhkan secara langsung. Semua unsur hara makro adalah esensial bagi tanaman. Namun terhadap unsur mikro tidak semuanya esensial. Yang tergolong dalam unsur mikro esensial diantaranya dari besi / ferrum Fe, manganese Mn, tembaga / copper Cu, seng / zinc Zn, boron B, klor Cl, molibdenum Mo. b. Unsur Mikro Non Esensial / Fungsional Yaitu unsur hara yang tidak selalu diperlukan tanaman, atau hanya diperlukan oleh jenis-jenis tanaman tertentu. Meski mempunyai manfaat bagi tanaman namun peranannya bisa digantikan oleh unsur hara yang lain. Cobalt Co merupakan unsur hara non esensial yang mempunyai peran dalam penambatan nitrogen simbiotik pada tanaman kacang-kacangan, namun peranan tersebut bisa digantikan oleh molibdenum Mo. Silikon Si merupakan unsur mikro non esensial yang berperan dalam penguatan dinding sel, namun tanpa silikon tanaman masih tetap bisa tumbuh normal. Natrium Na juga merupakan unsur non esensial yang peranannya hanya sebagai penunjang unsur kalium manakala terjadi kekahatan kalium, tapi tidak bisa menggantikan peranan kalium secara keseluruhan. Selain itu ada nikel Ni, selenium Se, titan Ti, dan Iodine I. Beberapa Penggolongan Pupuk Berdasarkan Asalnya 1. Pupuk Alam, yang diproses dari bahan-bahan alami, terdiri dari jenis Organik yang berasal dari limbah hewan pupuk kandang maupun sisa-sisa tanaman kompos, dan pupuk mikrobial. Anorganik berupa mineral alam contohnya fosfat alam, dolomit atau kaptan. 2. Pupuk Sintetis, yang dibuat oleh pabrik dengan cara formulasi atau reaksi kimiawi, contohnya urea, TSP, KCl, ZA, ZK, KNO3, MKP, NPK dan masih banyak lagi. Berdasar Jenis Kandungan Haranya 1. Pupuk Makro, yang mengandung unsur makro dan dibedakan menjadi Pupuk makro tunggal yang hanya mengandung 1 jenis unsur hara makro dominan, contohnya urea 46% N, SP-36 36% P2O5, KCl 60% K2O. Pupuk makro majemuk dengan kandungan lebih dari satu unsur makro dominan, contohnya DAP nitrogen dan fosfat, KNO3 nitrogen dan kalium, MKP fosfat dan kalium, NPK nitrogen, fosfat dan kalium 2. Pupuk Mikro, yang mengandung unsur mikro baik tunggal maupun mikro majemuk. 3. Pupuk Campuran, yang mengandung unsur-unsur makro maupun mikro dalam satu produk. Berdasarkan Bentuk Fisiknya 1. Pupuk granular 2. Pupuk tepung 3. Pupuk kristal / trace cair Berdasarkan Proses Ketersediaan / Pelepasan Haranya 1. Pupuk lepas lambat slow release, yang melepas unsur-unsur hara yang dikandungnya secara pelan-pelan melalui proses pelarutan oleh air di tanah. Jenis ini cocok untuk tanah yang banyak air karena unsur hara yang dikandungnya tidak mudah larut. Kekurangannya adalah efeknya yang lambat bagi tanaman sehingga tidak cocok untuk kondisi tanaman yang memerlukan koreksi kekahatan dalam waktu segera. 2. Pupuk lepas terkendali, yang melepas unsur-unsur hara yang dikandungnya sesuai yang dibutuhkan tanaman. Proses pelepasannya melalui mekanisme pertukaran kation, dimana pupuk melepaskan kation ion + ditukar dengan anion ion - yang dilepaskan oleh akar. Keunggulan pupuk jenis ini lebih awet, bisa bertahan dalam 1 bulan di tanah untuk menyediakan unsur hara secara terkendali bagi tanaman, tidak menyisakan residu, hemat tenaga kerja. Namun seperti pupuk slow release, tidak bisa memberikan efek yang sepat bagi tanaman. 3. Pupuk lepas cepat fast release, yang mudah larut oleh air dan kandungan haranya sudah dalam bentuk tersedia dan siap diserap oleh tanaman. Jenis ini lebih cocok digunakan untuk mensuplai hara dalam waktu yang mendesak dan mengoreksi kekahatan unsur-unsur tertentu. Kelemahannya adalah mudah hilang tercuci, mudah bereaksi dengan unsur lain menjadi berubah sifat, dan tidak sembarangan bisa dicampurkan dengan pupuk lain dalam sekali aplikasi. Pemberian dosis yang berlebihan juga berpotensi meracuni tanaman serta menimbulkan akumulasi residu hara tak terserap sehingga kondisi tanah berubah. Contoh pupuk fast release adalah MKP dan CAN. Jika keduanya dicampurkan akan menyebabkan presipitasi penggumpalan kalsium fosfat yang unsur P jadi slow release. Referensi Artikel Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan – Berita – Unsur Hara Makro dan Mikro yang dibutuhkan oleh Tanaman Bumikita – Artikel – Penggolongan Unsur-Unsur Hara dan PupukÂ

Unsurhara esensial dapat berasal d 180 f. Unsur-unsur hara esensial Unsur hara yang sangat diperlukan tanaman dan fungsinya dalam tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur lain disebut unsur hara esensial. 0% found this document useful 0 votes947 views9 pagesOriginal Titleunsur hara esensial dan non © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes947 views9 pagesUnsur Hara Esensial Dan Non EsensialOriginal Titleunsur hara esensial dan non to Page You are on page 1of 9 You're Reading a Free Preview Pages 5 to 8 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. Unsurhar non esensial merupakan unsur yang diperlukan oleh tanaman dalam jumlah yang tidak terlalu banyak untuk memenuhi aktivitas hidupnya dan tanaman masih dapat hidup normal tanpa adanya unsur yang lain. uunsur hara dilakukan oleh tanaman dan diambil dari kompleks jerapan tanah ataupun dari larutan tanah berupa kation dan anion. Adapun
Unsure Hara Esensial Pertumbuhan tanaman tidak hanya dikontrol oleh faktor dalam internal, tetapi juga ditentukan oleh faktor luar eksternal. Salah satu faktor eksternal tersebut adalah unsur hara esensial. Unsur hara esensial adalah unsur-unsur yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Apabila unsure tersebut tidak tersedia bagi tanaman, maka tanaman akan menunjukkan gejala kekurangan unsure tersebut dan pertumbuhan tanaman akan merana. Berdasarkan jumlah yang diperlukan kita mengenal adanya unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara makro diperlukan oleh tanaman dalam jumlah yang lebih besar berat tubuh tanaman. Sedangkan unsur hara mikro diperlukan oleh tanaman dalam jumlah yang relatif kecil beberapa ppm/ part per million dari berat keringnya. Contoh 1. Unsur N termasuk unsur hara makro. Unsur ini diperlukan oleh tanaman dalam jumlah 1- % berat kering tanaman. Unsur tersebut diperlukan oleh tanaman sebagai penyusun asam amino, protein, dan klorofil. Apabila tanaman kekurangan unsur N akan menunjukkan gejala antara lain klorosis pada daun. Gejala kekurangan N pertama kali akan muncul pada daun tertua. 2. Unsur Al tidak termasuk unsur hara esensial, sebab unsur ini meskipun jumlahnya banyak dalam tanah tetapi tidak diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Keberadaan unsur Al justru dapat bersifat racun bagi tanaman. Unsur ini dapat mengikat fosfat sehingga menjadi tidak tersedia bagi tanaman. 3. Unsur Cu termasuk unsur hara mikro. Unsur ini diperlukan tanaman dalam jumlah yang relatifkecil 6 ppm. Jika jumlahnya banyak, Cu akan menjadi racun bagi tanaman, misalnya Cuakan membunuh ganggang pada konsentrasi 1 ppm. Unsur hara makro antara lain C, H, O, N, P, K, S, Ca, dan Mg. Sedangkan yang termasuk unsure hara mikro adalah Fe, B, Mn, Cu, Zn, Mo, dan Cl. Beberapa unsur ada yang esensial bagi tanaman tertentu, misalnya Na, Si dan Co. Karbon diambil oleh tumbuhan dalam bentuk gas CO2 , hidrogen diambil dalam bentuk air H2O, sedangkan oksigen selain dalam bentuk CO2 dan H2O juga dapat diambil dalam bentuk O2, maupun senyawa lainnya. Unsur C, H, dan O merupakan penyusun utama makromolekul, seperti karbohidrat, lipid, protein dan asam nukleat. Setelah C, H, dan O, nitrogen merupakan unsur hara makro terpenting. Nitrogen merupakan komponen dari asam-asam amino juga protein, klorofil, koenzim dan asam nukleat. Nitrogen sering merupakan unsur pembatas pertumbuhan. Walaupun gas N2 menyusun 78 % atmosfir bumi, tumbuhan tidak dapat menggunakannya secara langsung. Gas N2 tersebut harus difiksasi oleh bakteri menjadi amonia NH3. Beberapa tumbuh-tumbuhan seperti kacang tanah, kedelai, kapri, dan tumbuhan legume lainnya bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium spp Gambar 1a. Rhizobium ini dapat memfiksasi gas N2 yang terjerap dalam pori-pori tanah dan mengkonversinya menjadi amonia. Bakteri dari genus Azotobacter, yang hidup bebas dalam tanah, juga dapat melakukan fiksasi nitrogen. Molekul NH3 dengan segera mengikat ion H+ membentuk ion NH4+. Jika bintil akar menghasilkan ion NH4+ melebihi yang diperlukan tanaman maka ion NH4+ akan dibebaskan ke dalam tanah dan dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan non legume. Ion amonium oleh bakteri nitrifikasi spesies dari genus Nitrobacter dan Nitrozomonas dapat diubah menjadi ion NO3 Tumbuhan dapat mengambil nitrogen dalam bentuk ion NH4+ maupun NO3-. Make a Comment
Unsurhara non esensial salah satu contohnya yaitu Na yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan vegetatif yaitu tinggi tanaman, jumlah daun dan berat basah. Untuk melengkapi kekurangan unsur hara dalam tanah dapat menambahkan pupuk cair urin sapi. Pupuk cair urin sapi belum mengandung unsur hara Na yang cukup, maka Unsur hara esensial merupakan unsur kimia yang dibutuhkan oleh tanaman untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangannya. Unsur hara esensial berdasarkan tingkat kebutuhan tanaman dibedakan menjadi tiga yaitu unsur hara dasar basic nutrient, unsur hara makro makronutrien, dan unsur hara mikro mikronutrien. Tanaman berpotensi untuk mengalami masalah unsur hara, baik itu defisiensi maupun toksisitas. Defisiensi dan toksisitas unsur hara yang dialami oleh tanaman dapat diketahui dengan melakukan diagnosis visual yang merupakan metode yang paling mudah untuk diaplikasikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah unsur hara yang dialami oleh berbagai jenis tanaman berdasarkan gejala visual yang ditunjukkan oleh tanaman. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2021di sekitar lokasi tempat tinggal peneliti. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif yang dilakukan dengan mengamati berbagai jenis tanaman yang diduga mengalami masalah defisiensi dan toksisitas unsur hara yang kemudian dibandingkan dengan referensi terkait buku dan jurnal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan 10 spesies tanaman yang menunjukkan gejala defisiensi maupun toksisitas makronutrien dan mikronutrien berdasarkan gejala visual yaitu rambutan, kacang hijau, kacang gude, jagung, singkong, pisang, bawang merah, kembang sepatu, kuping gajah, dan keladi. Tanaman bisa mengalami defisiensi 1 jenis unsur hara, lebih dari 1 jenis unsur hara dan juga bisa mengalami defisiensi dan toksisitas unsur hara dalam waktu yang bersamaan. Figures - uploaded by Hafsan HafsanAuthor contentAll figure content in this area was uploaded by Hafsan HafsanContent may be subject to copyright. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 139 DIAGNOSIS VISUAL MASALAH UNSUR HARA ESENSIAL PADA BERBAGAI JENIS TANAMAN Devi Armita1*, Wahdaniyah1, Hafsan1, Hafizhah Al Amanah2 1Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Jl. Sultan Alauddin No. 63, Gowa, Sulawesi Selatan, Indonesia. 92113 *E-mail 2Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Muhammadiyah Bone Jl. Abu Daeng Pasilong No. 62, Bone, Sulawesi Selatan, Indonesia. 92713 Abstrak Unsur hara esensial merupakan unsur kimia yang dibutuhkan oleh tanaman untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangannya. Unsur hara esensial berdasarkan tingkat kebutuhan tanaman dibedakan menjadi tiga yaitu unsur hara dasar basic nutrient, unsur hara makro makronutrien, dan unsur hara mikro mikronutrien. Tanaman berpotensi untuk mengalami masalah unsur hara, baik itu defisiensi maupun toksisitas. Defisiensi dan toksisitas unsur hara yang dialami oleh tanaman dapat diketahui dengan melakukan diagnosis visual yang merupakan metode yang paling mudah untuk diaplikasikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah unsur hara yang dialami oleh berbagai jenis tanaman berdasarkan gejala visual yang ditunjukkan oleh tanaman. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2021di sekitar lokasi tempat tinggal peneliti. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif yang dilakukan dengan mengamati berbagai jenis tanaman yang diduga mengalami masalah defisiensi dan toksisitas unsur hara yang kemudian dibandingkan dengan referensi terkait buku dan jurnal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan 10 spesies tanaman yang menunjukkan gejala defisiensi maupun toksisitas makronutrien dan mikronutrien berdasarkan gejala visual yaitu rambutan, kacang hijau, kacang gude, jagung, singkong, pisang, bawang merah, kembang sepatu, kuping gajah, dan keladi. Tanaman bisa mengalami defisiensi 1 jenis unsur hara, lebih dari 1 jenis unsur hara dan juga bisa mengalami defisiensi dan toksisitas unsur hara dalam waktu yang bersamaan. Kata Kunci defisiensi; diagnosis visual; makronutrien; mikronutrien; tanaman; toksisitas Abstract Essential nutrients are chemical elements needed by plants to support their growth and development. Essential nutrients based on the level of plant needs are divided into three, namely basic nutrients, macronutrients and micronutrients. Plants have the potential to experience nutrient problems, either deficiency or toxicity. Nutrient deficiency and toxicity experienced by plants can be identified by performing a visual diagnosis which is the easiest method to apply. This study aims to identify nutrient problems experienced by various types of plants based on visual symptoms shown by plants. This research was conducted in November 2021 in the vicinity of the researcher's residence. This research is an exploratory descriptive study conducted by Armita dkk., Diagnosis Visual … _ 140 observing various types of plants suspected of having nutrient deficiency and toxicity problems which are then compared with related references books and journals. The results showed that there were 10 plant species that showed symptoms of deficiency or toxicity of macronutrients and micronutrients based on visual symptoms, namely rambutan, mung beans, gude beans, corn, cassava, bananas, onion, hibiscus, elephant ears, and taro. Plants can experience deficiency of 1 type of nutrient, more than 1 type of nutrient and can also experience nutrient deficiency and toxicity at the same time. Keywords deficiency; macronutrient, micronutrient; plant; toxicity; visual diagnosis PENDAHULUAN nsur hara esensial merupakan unsur kimia yang penting untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman Barker & Pilbeam, 2007 dengan kriteria yaitu 1 Tanaman tidak dapat menyelesaikan siklus hidupnya tanpa adanya unsur hara tersebut; 2 Fungsi unsur hara tersebut tidak bisa digantikan oleh unsur hara jenis lainnya; dan 3 Unsur hara tersebut terlibat langsung dalam metabolisme tanaman Marschner, 2012. Unsur hara esensial terdiri atas 1 Nutrisi dasar basic nutrient terdiri atas karbon C, oksigen O, dan hidrogen H; 2 Makronutrien terdiri atas nitrogen N, fosfor P, kalium K, kalsium Ca, belerang S, magnesium Mg; dan 3 Mikronutrien terdiri atas besi Fe, boron B; klor Cl; mangan Mn; seng Zn; tembaga Cu; dan molibdenum Mo Mia, 2015. Sumber utama makro dan mikronutrien pada tanaman berasal dari media tanam, sehingga ketika media tanam, dalam hal ini tanah mengalami kekurangan defisiensi ataupun kelebihan toksisitas unsur hara tertentu akan memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Umumnya, tanaman mengalami defisiensi unsur hara karena ketersediaan unsur hara tersebut di dalam tanah rendah. Namun keberadaan unsur hara dalam jumlah yang banyak di dalam tanah tidak dapat menjamin tanaman terhindar dari kondisi defisiensi nutrisi, karena kondisi defisiensi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor dan dapat dipengaruhi oleh cekaman biotik maupun abiotik Mia, 2015, misalnya kondisi tanah, misalnya pH tanah yang terlalu rendah asam, kondisi pertumbuhan tanaman, dan infeksi penyakit. Kondisi defisiensi unsur hara juga dapat terjadi karena terjadi toksisitas unsur hara esensial tertentu ataupun unsur-unsur hara non esensial yang bisa menjadi inhibitor untuk penyerapan suatu unsur hara esensial yang dibutuhkan oleh tanaman Yi et al., 2020; Rakesh et al., 2021. Metode untuk mengetahui masalah nutrisi yang dialami oleh tanaman, baik itu defisiensi maupun toksisitas dapat dilakukan dengan analisis tanah, analisis jaringan tanaman maupun pengamatan gejala visual diagnosis visual. Diagnosis visual merupakan metode diagnostik yang membantu untuk mendiagnosis defisiensi maupun toksisitas nutrisi yang dialami oleh tanaman dengan pemeriksaan gejala visual Rakesh et al., 2021. Metode ini menjadi metode yang popular dan banyak digunakan untuk mendeteksi masalah nutrisi pada tanaman karena mudah untuk dilakukan atau diaplikasikan langsung di lapangan dan tidak memerlukan peralatan khusus atau analisis laboratorium sehingga mudah diterapkan oleh para petani secara mandiri Roy et al., 2006; The Profitable Soils Group, 2009. Gejala masalah nutrisi juga akan muncul lebih cepat dan bisa dikenali secara visual kurang lebih satu minggu setelah tanaman 141_Teknosains Media Informasi Sains dan Teknologi, Volume 16, Nomor 1, Januari-April 2022, hlm. 139-150 mengalami defisiensi ataupun toksisitas nutrisi Sathyavani et al., 2021. Namun teknik ini membutuhkan pendekatan sistematis dan perlu kehati-hatian untuk identifikasi dan mendapatkan hasil diagnosis yang valid Marschner, 2012. Selain itu, jika lahan pertanian cukup luas akan membutuhkan lebih banyak waktu dan tenaga untuk mengamati seluruh lapangan secara intensif Wulandhari et al., 2019. Tanaman secara umum akan menunjukkan gejala jika mengalami masalah unsur hara yang merupakan respon tanaman akibat gangguan proses fisiologis. Umumnya gejala yang timbul berupa perubahan morfologi yang tidak normal seperti pertumbuhan yang melambat, perubahan bentuk dan warna daun Lestari et al., 2019. Oleh karena itu, gejala kelainan nutrisi bisa menjadi panduan untuk mengidentifikasi defisiensi ataupun toksisitas unsur hara pada tanaman karena gejala yang terlihat pada tanaman ketika mengalami masalah nutrisi erat kaitannya dengan peranan unsur hara tersebut bagi tanaman Rakesh et al., 2021. Berdasarkan uraian latar belakang maka penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah unsur hara esensial yang terjadi pada berbagai jenis tanaman berdasarkan diagnosis visual. Hasil diagnosis visual yang dilakukan diharapkan bisa berkontribusi bagi dunia pertanian, utamanya dalam hal optimalisasi pertumbuhan tanaman melalui pengaplikasian unsur hara yang tepat sesuai dengan kebutuhan tanaman. Dengan mengetahui masalah nutrisi yang dialami oleh tanaman dapat memberikan solusi penanganan yang tepat ketika tanaman mengalami gangguan pertumbuhan akibat unsur hara. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2021. Jenis penelitian merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif eksploratif yaitu mengamati berbagai jenis tanaman di sekitar lokasi tempat tinggal peneliti yang menunjukkan gejala defisiensi maupun toksisitas unsur hara selanjutnya hasil pengamatan dibandingkan dengan referensi berupa buku referensi nutrisi tumbuhan yang meliputi Principles of Plant Nutrition Mengel & Kirkby, 2001, Handbook of Plant Nutrition Barker & Pilbeam, 2007, Plant Nutrition and Soil Fertility Manual Jones Jr., 2012, Marschner’s Mineral Nutrition of Higher Plants Marschner, 2012, dan Nutrition of Crop Plants Mia, 2015, serta berbagai jurnal penelitian terkait. Alat dan bahan yang digunakan yaitu kamera sebagai alat untuk mendokumentasikan tanaman yang bergejala serta alat tulis menulis untuk mencatat gejala yang teramati di lapangan. HASIL DAN PEMBAHASAN Kekurangan ataupun tidak tersedianya unsur hara esensial bagi tanaman akan menyebabkan munculnya gejala defisiensi pada tanaman yang bisa dilihat secara visual. Umumnya indikasi awal terjadinya defisiensi unsur hara dapat diamati dengan jelas pada daun tanaman, baik daun muda daun baru maupun daun tua daun dewasa. Defisiensi unsur hara akibuta unsur hara yang immobile ataupun kurang mobile seperti seng, besi, boron, tembaga, mangan, kalsium, belerang dan klorin pertama kali akan muncul pada daun muda. Sedangkan untuk unsur hara yang mobile seperti kalium, nitrogen, magnesium dan fosfor, gejala defisiensi pertama kali akan teramati pada daun yang lebih tua Kaur, 2020. Sehingga hal ini bisa menjadi langkah awal dalam menentukan jenis defisiensi unsur hara yang dialami oleh tumbuhan secara visual, dengan melihat daun yang mengalami gejala defisiensi unsur hara yaitu daun muda atau daun tua. Langkah selanjutnya setelah mengamati usia daun yang mengalami gejala defisiensi adalah dengan mengenalai gejala defisiensi yang ditunjukkan oleh tanaman, Armita dkk., Diagnosis Visual … _ 142 terutama pada bagian daun. Gejala yang umum terjadi adalah klorosis interveinal, klorosis marginal, klorosis seragam, nekrosis, tepi terdistorsi, terjadinya pengurangan ukuran daun Jeyalakshmi & Radha, 2017 serta pertumbuhan yang abnormal yang diakibatkan jumlah nutrisi yang tidak mencukupi sehingga membatasi pemanjangan dan replikasi sel yang akhirnya menyebabkan pertumbuhan terhambat, deformasi atau daun berkerut Adotey et al., 2021. Gejala-gejala tersebut akan berbeda tergantung dari jenis unsur haranya dan biasanya terkait dengan peranan unsur hara tersebut bagi tanaman. Berbeda dengan defisiensi, toksisitas unsur hara yang terjadi pada tanaman, pada umumnya merupakan unsur hara mikro. Hal tersebut disebabkan karena unsur hara mikro dibutuhkan dalam jumlah yang sangat rendah 0,01% berat kering tanaman sehingga terjadinya peningkatan unsur hara mikro dalam jumlah sedang akan menyebabkan toksisitas. Terjadinya peningkatan unsur hara mikro sekitar 10% dari tingkat kebutuhan tanaman akan menyebabkan terjadinya penurunan berat kering jaringan tanaman. Gejala toksisitas pada tanaman juga berbeda dengan gejala defisiensi yang relatif sulit teridentifikasi secara visual NCERT, 2021. Diagnosis visual untuk toksisitas unsur hara hanya dapat dilakukan dengan pengamatan gejala visual pada daun tua atau daun dewasa, berbeda dengan gejala defisiensi. Hal tersebut disebabkan karena gejala visual defisiensi lebih spesifik, serta terjadinya toksisitas satu unsur hara tertentu akan menginduksi defisiensi unsur hara yang lain Marschner, 2012. Misalnya toksisitas mangan akan menyebabkan terhambatnya penyerapan unsur hara besi dan magnesium NCERT, 2021. Gejala visual yang teramati pada tanaman rambutan Nephelium lappaceum yang menunjukkan masalah nutrisi yaitu terjadinya nekrosis pada ujung daun dewasa Gambar 1. Berdasarkan gejala yang teramati, tanaman rambutan tersebut mengalami defisiensi unsur hara kalium K. Defisiensi unsur hara K terjadi pada daun dewasa pada tanaman karena unsur hara ini merupakan unsur hara yang mobile atau mudah untuk ditransportasikan melalui floem Barker & Pilbeam, 2007. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Mia 2015 yang menyatakan bahwa gejala yang ditunjukkan oleh tanaman yang mengalami defisiensi unsur K yaitu daun tuanya menunjukkan gejala daun yang terbakar di bagian ujungnya. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Meyer et al. 2009 yang menyatakan bahwa defisiensi unsur hara K dimulai dari terbentuknya bintik-bintik kuning atau putih seukuran peniti di bagian ujung daun dewasa yang kemudian akan berubah menjadi coklat. Bintik-bintik kuning tersebut yang kemudian berkembang menjadi coklat merupakan jaringan daun yang mati Tujiyanta, 2010. Gambar 1. Tanaman rambutan Nephelium lappaceum yang menunjukkan masalah defisiensi unsur nitrogen. Keterangan Tanda lingkaran menunjukkan gejala visual yang teramati 143_Teknosains Media Informasi Sains dan Teknologi, Volume 16, Nomor 1, Januari-April 2022, hlm. 139-150 Tanaman rambutan merupakan salah satu tanaman yang membutuhkan unsur hara dalam jumlah yang cukup tinggi sehingga tanaman rambutan yang kurang dipelihara dengan pemberian pupuk dalam jumlah optimal akan mudah mengalami nekrosis daun, terutama pada musim kemarau. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tujiyanta 2010 diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa tanaman rambutan yang tidak diaplikasikan dengan pupuk KCl menunjukkan tingkat nekrosis daun yang paling luas 12,46% serta nekrosis pohon 14,84% dan pemberian pupuk KCl 375 g/pohon menyebabkan terjadinya penurunan gejala nekrosis daun 4,25% dan nekrosis pohon 7,71%. Tanaman selanjutnya yang teramati mengalami masalah nutrisi yaitu tanaman kacang-kacangan yaitu kacang hijau Vigna radiata A dan kacang gude Cajanus cajan. Kedua spesies tanaman ini mengalami gejala visual yang sama yaitu terjadi gejala klorosis pada daun, namun pada tanaman kacang gude, gejala klorosis yang terhadi tidak hanya pada daun dewasa tetapi juga terjadi pada daun muda serta daun muda juga mengalami deformasi bentuk daun Gambar 2. Berdasarkan gejala yang teramati dan dibandingkan dengan literatur terkait menunjukkan bahwa tanaman kacang hijau mengalami defisiensi unsur nitrogen N yang merupakan unsur hara yang bersifat mobile sehingga gejala klorosisnya terjadi pada daun dewasa. McCauley et al. 2003 menyatakan bahwa nitrogen merupakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk produksi protein, asam nukleat, dan klorofil sehingga tanaman yang mengalami defisiensi unsur ini akan menunjukkan gejala klorosis daun menguning pada daun dewasa dengan gejala klorosis yaitu hijau muda hingga kuning, semakin berat tingkat defisiensi yang terjadi daun tanaman akan semakin menguning dan dalam kasus yang parah akan menyebabkan daun mengalami nekrosis. Berdasarkan hal tersebut, terlihat pada Gambar terdapat daun yang tidak hanya menunjukkan gejala klorosis tetapi juga nekrosis pada ujung daunnya sehingga kemungkinan gejala defisensi yang dialami oleh tanaman tersebut cukup parah. Gambar 2. Tanaman kacang hijau Vigna radiata yang mengalami defisiensi unsur nitrogen A dan kacang gude Cajanus cajan yang mengalami defisiensi unsur nitrogen, besi, dan kalsium B. Keterangan Tanda lingkaran menunjukkan gejala visual yang teramati Hal yang berbeda ditunjukkan oleh tanaman kacang gude pada Gambar yang tidak hanya menunjukkan gejala klorosis pada daun tua tetapi juga daun muda sehingga defisiensi unsur hara yang dialami oleh tanaman tersebut tidak hanya unsur hara yang bersifat mobile tetapi juga unsur hara yang bersifat immobile atau kurang mobile. Gejala pertama yaitu gejala klorosis pada daun dewasa. Gejala ini menunjukkan tanaman mengalami defisiensi unsur N seperti yang dialami oleh tanaman kacang hijau namun tingkat defisiensinya belum separah pada tanaman kacang hijau. Tanaman yang Armita dkk., Diagnosis Visual … _ 144 kekurangan unsur hara N tidak hanya akan mengalami gejala klorosis tetapi akan menyebabkan pertumbuhan tanaman melambat, lemah dan kerdil Jones Jr., 2012. Gejala kedua yang teramati pada tanaman kacang gude yaitu gejala klorosis pada daun muda dan terjadinya perubahan bentuk daun daun berkerut. Terjadinya klorosis pada seluruh bagian daun muda menunjukkan bahwa tanaman mengalami kekurangan unsur hara besi Fe. Ciri utama daun tanaman yang mengalami kekurangan unsur Fe selain klorosis pada daun muda, daerah sekitar pertulangan daun masih tetap hijau sedangkan bagian helai daun yang lainnya seluruhnya mengalami klorosis Kaur, 2020. Sedangkan terjadinya perubahan bentuk yang teramati pada daun kacang gude disebabkan karena terjadinya defisiensi unsur kalsium Ca. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Mia 2015 yang menyatakan bahwa defisiensi unsur ini dapat teramati di daerah pucuk tanaman yang akan mengalami perubahan bentuk, menunjukkan gejala klorosis dan dengan semakin meningkatnya defisiensi akan menyebabkan terjadinya nekrosis terutama di tepi daun. Gejala ini terkait dengan peranan unsur Ca bagi tanaman yaitu berperan dalam regulasi permeabilitas membran dan integritas struktural sel. Salah satu strategi untuk mencegah terjadinya defisiensi unsur Ca terutama pada tanaman sayuran yaitu dengan pemupukan melalui daun foliar spray dalam bentuk CaCl2 atau CaNO32. Hal tersebut dikarenakan defisiensi unsur Ca pada tanaman biasanya terkait ketidakmampuan tanaman untuk mentranslokasikan unsur tersebut dari bagian tanaman dengan ketercukupan unsur Ca yang tinggi ke bagian tanaman yang mengalami kekurangan unsur tersebut karena unsur Ca merupakan unsur yang relatif tidak mobile melalui floem Olle & Bender, 2009. Tanaman lainnya yang mengalami masalah unsur hara yang ditemukan pada penelitian ini adalah tanaman jagung Zea mays. Gejala masalah unsur hara ditemukan pada daun dewasa sehingga unsur hara yang bermasalah pada tanaman tersebut adalah unsur hara yangbersifat mobile. Daun dewasa pada tanaman jagung menunjukkan gejala klorosis dan nekrosis di bagian margin tepi daun Gambar dan gejala nekrosis di bagian ujung daun Gambar Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Adotey et al. 2021, gejala visual tersebut merupakan gejala defisiensi unsur N dan K. Daun tanaman yang mengalami defisiensi unsur N akan menunjukkan gejala pertama kali pada daun yang lebih tua dengan bentuk seperti huruf V, menguning mulai dari ujung daun kemudian melebar dan menuju pangkal daun. Gejala defisiensi unsur N pada tanaman jagung akan muncul ketika jumlah unsur hara tersebut kurang dari 3% pada tahap awal pertumbuhan fase vegetatif dan kurang dari 2,8% pada fase generatif yang ditandai dengan terbentuknya bunga jantan yang disebut tassel dan bunga betina yang disebut silk rambut jagung. 145_Teknosains Media Informasi Sains dan Teknologi, Volume 16, Nomor 1, Januari-April 2022, hlm. 139-150 Gambar 3. Tanaman jagung Zea mays yang menunjukkan masalah defisiensi unsur kalium A dan unsur nitrogen B. Keterangan Tanda lingkaran menunjukkan gejala visual yang teramati Daun tanaman yang mengalami defisiensi unsur K dimulai dari tepi daun yang menguning kemudian berubah menjadi coklat karena jaringan mati nekrosis menuju pangkal daun. Gejala defisiensi bisa teramati pada tanaman ketika kadar unsur hara tersebut pada tanaman jagung kurang dari 2% pada fase vegetatif dan kurang dari 1,8% pada fase generatif Adotey et al., 2021. Defisiensi unsur K pada tanaman rentan terjadi pada kondisi tanah yang masam, kondisi kekeringan ataupun curah hujan yang sangat tinggi Kumar, 2013. Gejala yang sama juga teramati pada penelitian yang dilakukan oleh Inaya et al. 2021, selain itu pada penelitian tersebut tanaman jagung yang teramati memiliki pertumbuhan yang kerdil serta batang yang kecil. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman jagung merupakan tanaman yang rentan mengalami defisiensi unsur N dan K. Berdasarkan data yang dikemukakan oleh Syafruddin et al. 2007, pupuk tanaman jagung di Indonesia umumnya mengandung unsur hara makro yaitu N, P, K, S dan belum ada sentra pengembangan jagung yang terindikasi mengalami kekurangan unsur hara mikro. Unsur hara N dan P dibutuhkan tanaman jagung dimulai dari tahap awal pertumbuhan hingga mendekati fase pematangan sedangkan unsur K dibutuhkan terutama pada fase silking yaitu 2-3 hari setelah terbentuknya bunga jantan. Tanaman selanjutnya yang menunjukkan gejala masalah unsur hara yaitu tanaman singkong Manihot esculenta. Gejala defisiensi yang teramati pada tanaman ini adalah terjadinya klorosis interveinal pada daun dewasa Gambar 4, sehingga diduga tanaman ini mengalami defisiensi unsur hara magnesium Mg. Gejala ini hampir mirip dengan gejala defisiensi unsur hara mangan Mn, namun klorosis interveinal yang terjadi pada tanaman akibat defisiensi unsur hara Mg lebih mencolok sedangkan klorosis interveinal untuk defisiensi Mn menghasilkan bintik kuning yang relatif lebih halus Tiffin, 2005b. Gejala klorosis yang ditunjukkan oleh tanaman yang mengalami defisiensi unsur Mg terkait dengan peranan unsur hara tersebut sebagai salah satu komponen penyusun klorofil pada tanaman Marschner, 2012. Hal ini dibuktikan dari penelitian yang dilakukan oleh Yeh et al. 2000 yaitu terjadi penurunan kandungan klorofil pada tanaman yang tidak diaplikasikan dengan unsur Mg pada tanaman Spathiphyllum. Pada kasus defisiensi yang parah, gejala tidak hanya akan muncul pada daun dewasa tetapi juga pada daun muda yang akan menyebabkan daun gugur prematur. Tanaman mengalami defisiensi unsur hara ini sering terjadi pada tanah yang masam atau tanah yang diaplikasikan dengan pupuk K ataupun Ca dalam jumlah yang tinggi, karena toksisitas kedua unsur hara ini bisa menyebabkan penghambatan penyerapan unsur hara Mg Silva & Uchida, 2000. Armita dkk., Diagnosis Visual … _ 146 Gambar 4. Tanaman singkong Manihot esculenta yang menunjukkan masalah defisiensi unsur magnesium. Keterangan Tanda lingkaran menunjukkan gejala visual yang teramati Pada penelitian ini juga diamati masalah nutrisi pada tanaman pisang Musa paradisiaca. Gejala yang teramati pada tanaman pisang yaitu helai daun dewasa mengalami klorosis menguning parsial Gambar dan menunjukkan gejala klorosis yang berkembang menjadi nekrosis pada bagian ujung dan tepi daun dewasa Gambar Berdasarkan gejala yang teramati, tanaman pisang tersebut diduga mengalami toksisitas unsur K yang menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan rasio MgO/K2O di dalam tanah dan menyebabkan tanaman mengalami defisiensi unsur Mg dan Ca. Sedangkan berdasarkan gejala pada Gambar diduga tanaman pisang tersebut mengalami defisiensi unsur P. Gejala defisiensi unsur P terlihat pada daun tua berupa klorosis pada bagian margin tepi daun dan pada kasus defisiensi yang parah menyebabkan tepi daun menjadi nekrotik, produksi daun berkurang serta bisa menyebabkan tanaman mengalami kematian dini. Unsur P pada tanaman pisang merupakan unsur hara yang membantu tanaman menghasilkan rimpang yang sehat, sistem perakaran yang sehat, regulasi pembungaan dan secara umum berperan dalam pertumbuhan vegetatif. Unsur ini juga merupakan salah satu dari tiga nutrisi utama yang diserap oleh akar pisang dalam bentuk H2PO4. Haifa, 2021. Gambar 5. Tanaman pisang Musa paradisiaca yang menunjukkan masalah toksisitas unsur kalium A dan defisiensi unsur fosfor. Keterangan Tanda lingkaran menunjukkan gejala visual yang teramati Tanaman selanjutnya yang menunjukkan masalah nutrisi yaitu tanaman bawang merah. Gejala yang teramati pada tanaman bawang merah yaitu terjadi klorosis dan nekrosis di bagian ujung daun dewasa Gambar 6. Gejala defisiensi tersebut merupakan gejala defisiensi unsur N dan K, sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh Tiffin 2005a bahwa gejala defisiensi unsur N pada tanaman bawang mearah yaitu daun menguning atau kuning kehijauan yang dimulai dari ujung daun dan ujung daun bisa mengerut serta menyebabkan pertumbuhan terhambat sedangkan tanaman bawang merah yang mengalami defisiensi unsur K yaitu daun yang lebih tua daun dewasa mengalami nekrosis kematian sel dimulai dari ujung daun. Daun tanaman menjadi layu karena kehilangan turgiditasnya serta daun tampak tipis. Defisiensi unsur N pada tanaman dapat terjadi karena kondisi drainase yang buruk, kondisi suhu yang rendah atau kondisi lingkungan dengan kelembaban tinggi sehingga unsur N di dalam tanah mengalami pencucian leaching. Terjadinya leaching juga menjadi faktor pemicu terjadinya defisiensi unsur kalium terutama pada kondisi tanah berpasir selama periode hujan lebat. Unsur N dan K merupakan unsur hara penting yang dibutuhkan oleh tanaman bawang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Widodo et al., 2021, pemupukan 147_Teknosains Media Informasi Sains dan Teknologi, Volume 16, Nomor 1, Januari-April 2022, hlm. 139-150 unsur N dan K pada tanaman bawang merah dengan ratio yang optimal akan memengaruhi pertumbuhan dan produksi umbi bawang merah varietas Batu Ijo. Dosis pupuk N yang terbaik adalah 300 kg/ha sedangkan dosis pupuk K yang terbaik sebanyak 150 kg/ha untuk menghasilkan bobot segar tanaman dan bobot segar umbi tertinggi sedangkan berdasarkan penelitian Hilman et al., 2014 pada tanaman bawang merah varietas Aggregatum, dosis pupuk N dengan hasil umbi terbaik yaitu sebesar 265 kg/ha. Gambar 6. Tanaman bawang merah Alium ascalonicum yang menunjukkan masalah defisiensi unsur N dan K. Keterangan Tanda lingkaran menunjukkan gejala visual yang teramati Tanaman hias juga merupakan tanaman yang rentan mengalami masalah nutrisi, sebagaimana ditemukan pada penelitian ini tanaman hias yang mengalami masalah nutrisi yaitu tanaman kembang sepatu Hibiscus rosa-sinensis, kuping gajah Anthurium sp., dan keladi Caladium sp.. Gejala yang teramati pada tanaman kembang sepatu yaitu daun dewasa dan daun muda mengalami klorosis namun tidak menyeluruh, hanya berupa spot-spot di helai daun Gambar sedangkan pada tanaman kuping gajah gejala yang teramati yaitu terjadinya klorosis pada daun dewasa namun hanya di bagian margin daun dan terdapat daun dewasa yang tidak hanya menunjukkan gejala klorosis di bagian marginnya tetapi juga mengalami nekrosis sedangkan bagian tengah helai daun tetap berwarna hijau Gambar Gejala yang teramati pada tanaman keladi yaitu ujung dan margin daun mengalami gejala klorosis dan berkembang menjadi gejala nekrosis yang parah pada bagian ujung daun Gambar Gambar 7. Tanaman hias yang menunjukkan masalah unsur hara yaitu tanaman kembang sepatu Hibiscus rosa-sinensis A, kuping gajah Anthurium sp. B, dan keladi Caladium sp. C. Keterangan Tanda lingkaran menunjukkan gejala visual yang teramati Armita dkk., Diagnosis Visual … _ 148 Berdasarkan gejala yang teramati, tanaman kembang sepatu mengalami defisiensi unsur Mn yang merupakan unsur hara mikro yang bersifat immobile sehingga gejala defisiensinya ditunjukkan pada daun muda. Gejala klorosis pada daun muda tidak hanya ditunjukkan oleh tanaman yang mengalami defisiensi unsur Mn tetapi juga unsur Fe, namun jika tanaman mengalami defisiensi unsur Fe, klorosis yang terjadi seragam atau terjadi pada keseluruhan bagian daun sedangkan gejala klorosis karena defisiensi unsur Mn, gejala klorosisnya bersifat interveinal Rakesh et al., 2021 atau berupa spot-spot klorosis di antara tulang daun Sufardi, 2019. Hal yang berbeda dialami oleh tanaman kuping gajah. Tanaman ini diduga mengalami defisiensi unsur hara makro yaitu unsur K dengan gejala defisiensi yaitu klorosis interveinal mulai dari ujung dan tepi daun. Gejala defisiensi unsur K dimulai dari daun dewasa yang kemudian akan berkembang ke daun yang lebih muda Adotey et al., 2021. Sedangkan tanaman keladi mengalami defisiensi unsur Ca sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Miyasaka et al. 2002. Pada penelitian tersebut, tanaman keladi Lehua maoli’ yang ditanam di dalam larutan hidroponik dengan tingkat defisiensi berat menunjukkan gejala daun yang menguning di bagian margin tepi daun dan kematian jaringan nekrosis di anatara vena dan sekitar margin daun. Tanaman keladi mengalami defisiensi unsur Ca jika konsentrasi unsur Ca yang terdapat pada helai daun kurang dari 0,7% berat kering tanaman. Unsur Ca pada tanaman berperan penting dalam stabilitas membran sel dan dinding sel. Oleh karena itu tanaman yang mengalami kekurangan unsur ini bisa menyebabkan pucuk tanaman mati. Kondisi defisiensi unsur ini juga dapat menyebabkan tanaman lebih mudah terinfeksi penyakit tular tanah serta menyebabkan menurunnya pertumbuhan akar dan tunas Miyasaka et al., 2002. Hasil pengamatan 10 spesies tanaman yang mengalami masalah unsur hara defisiensi dan toksisitas menunjukkan bahwa untuk diagnosis visual, organ daun merupakan organ yang paling mudah diamati karena paling rentan mengalami perubahan ketika tanaman mengalami masalah unsur hara. Tanaman bisa mengalami defisiensi unsur hara lebih dari 1 jenis seperti pada tanaman kacang gude, jagung, dan bawang merah. Selain itu tanaman juga bisa mengalami defisiensi dan toksisitas unsur hara dalam waktu yang bersamaan, sebagaimana yang teramati pada tanaman pisang, yaitu mengalami toksisitas unsur K dan defisiensi unsur P. Gejala visual tanaman yang mengalami defisiensi unsur hara lebih mudah teramati dibandingkan gejala toksisitas, karena terjadinya toksisitas unsur hara pada tanaman biasanya akan diikuti dengan terjadinya defisiensi unsur hara jenis lainnya yang disebabkan terhambatnya penyerapan unsur hara tersebut dari dalam tanah. Oleh karena itu untuk menguatkan data yang diperoleh dari diagnosis visual masalah unsur hara tanaman, perlu dilakukan analisis jaringan tanaman dan analisis tanah, sehingga bisa mencegah terjadinya kerancuan dalam penyusunan kesimpulan terutama untuk unsur hara dengan gejala visual yang relatif tinggi tingkat kemiripannya. Diagnosis visual merupakan metode analisis masalah unsur hara yang paling mudah dilakukan namun tidak bisa menjadi satu-satunya metode yang digunakan dalam menentukan gangguan unsur hara yang dialami oleh tanaman terutama jika digunakan oleh orang yang belum ahli berpengalaman karena diagnosis visual ini memerlukan pengalaman yang mumpuni untuk membua kesimpulan yang akurat. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian ditemukan 10 spesies tanaman yang menunjukkan gejala defisiensi maupun toksisitas makro dan mikronutrien berdasarkan gejala visual yaitu tanaman rambutan, kacang hijau, kacang gude, jagung, singkong, pisang, bawang 149_Teknosains Media Informasi Sains dan Teknologi, Volume 16, Nomor 1, Januari-April 2022, hlm. 139-150 merah, kembang sepatu, kuping gajah, dan keladi. Tanaman bisa mengalami defisiensi 1 jenis unsur hara yaitu tanaman rambutan, kacang hijau, singkong, kembang sepatu, kuping gajah, dan keladi serta bisa juga mengalami defisiensi lebih dari 1 jenis unsur hara sebagaimana ditemukan pada tanaman kacang gude, jagung, dan bawang merah. Selain itu tanaman juga bisa mengalami defisiensi dan toksisitas unsur hara dalam waktu yang bersamaan sebagaimana yang teramati pada tanaman pisang. DAFTAR PUSTAKA Adotey, N., McClure, A. M., Raper, T. B., & Florence, R. 2021. Visual symptoms A Handy Tool in Identifying Nutrient Deficiency in Corn, Cotton and Soybean. Tennessee Institute of Agriculture The University of Tennessee. Barker, A. V, & Pilbeam, D. J. 2007. Handbook of Plant Nutrition. United States CRC Press. Profitable Soils Group. 2009. Nutrient deficiencies, toxicities and imbalances. In Subsoils Manual pp. 31–40. Adelaide The Profitable Soils Group. Haifa. 2021. Nutritional recommendations for banana. Haifa. Hilman, Y., Sopha, G. A., & Lukman, L. 2014. Nitrogen effect on production, nutrients uptake and nitrogen-use efficiency of shallot Allium cepa var aggregatum. Advances in Agriculture & Botanics-International Journal of the Bioflux Society, 62, 128–133. Inaya, N., Armita, D., & Hafsan. 2021. Identifikasi masalah nutrisi berbagai jenis tanaman di Desa Palajau Kabupaten Jeneponto. Jurnal Mahasiswa Biologi, 13, 94–102. Jeyalakshmi, S., & Radha, R. 2017. A Review on diagnosis of nutrient deficiency symptoms in plant leaf image using digital image processing. ICTACT Journal on Image and Video Processing, 74, 1515–1524. Jones Jr., J. B. 2012. Plant Nutrition and Soil Fertility Manual. United States CRC Press. Kaur, G. 2020. Automated nutrient deficiency detection in plants A Review. Palarch’s Journal of Archaeology of Egypt/Egyptology, 176, 5894–5901. Kumar, A. 2013. Nutrient deficiency symptoms in Maiza. Technical Bulletin, August, 175-177. Marschner, P. 2012. Marschner’s Mineral Nutrition of Higher Plants Third Edit. London Academic Press. McCauley, A., Jones, C., & Jacobsen, J. 2003. Plant nutrient functions and deficiency and toxicity symptoms. In Nutrient Management Module Vol. 9. Montana Montana State University. Mengel, K., & Kirkby, E. A. 2001. Principles of Plant Nutrition. Amsterdan Kluwer Academic Publishers. Meyer, R. D., Marcum, D. B., & Orloff, S. B. 2009. Fertilization. In Irrigated Alfafa Management for Mediterranean and Desert Zone pp. 41–49. Calofornia University of California. Mia, M. A. B. 2015. Nutrition of Crop Plants. New York Nova Publishers. Miyasaka, S. C., Hamasaki, R. T., & Pena, R. S. de la. 2002. Nutrient deficiencies and excesses in Taro. Soil and Crop Management, 11, 1–14. NCERT. 2021. Biology. In Mineral Nutrition Vol. 16, pp. 194–205. New Delhi NCERT. Olle, M., & Bender, I. 2009. Causes and control of calcium deficiency disorders in vegetables A review. Journal of Horticultural Science and Biotechnology, 846, 577–584. Rakesh, S., Pareek, N. K., & Rathore, R. S. 2021. Visual nutrient deficiency symptoms in plants. Agrospheres E-Newsletter, 24, 42–45. Roy, R. N., Finck, A., J, B. G., & Tandon, H. L. S. 2006. Plant nutrition for food security. In Experimental Agriculture Vol. 43, Issue 1. Rome Food and Agriculture Organization of The United Nations. Sathyavani, R., Jaganmohan, K., & Kalaavathi, B. 2021. Detection of plant leaf nutrients using convolutional neural network based internet of things data acquisition. International Journal of Nonlinear Analysis and Applications, 122, 1175–1186. Silva, J., & Uchida, R. 2000. Essential nutrients for plant growth. In Plant Nutrient Management in Hawaii’s Soils, Approaches for Tropical and Subtropical Agriculture pp. 31–55. Hawai University of Hawaii . Sufardi. 2019. Pengantar Nutrisi Tanaman 2nd ed.. Banda Aceh Syiah Kuala University Press. Armita dkk., Diagnosis Visual … _ 150 Syafruddin, Faesal, & Akil, M. 2007. Pengelolaan hara pada tanaman jagung. In Jagung Teknik Produksi dan Pengembangan pp. 205–218. Bogor Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Tiffin, D. 2005a. Alliums bulb onions, salad onions and leeks. In Interpretation of leaf nutrient analysis results. Warwickshire Horticultural Development Council. Tiffin, D. 2005b. Brassicas cabbage, Brussels Council sprouts, cauliflower, broccoli, turnip and swede. In Interpretation of leaf nutrient analysis results. Warwickshire Horticultural Development Council. Tujiyanta. 2010. Pengaruh pupuk KCI terhadap nekrosis daun rambutan. Jurnal Penelitian Inovasi, 331, 35–47. Widodo, Marlin, & Sitio, N. B. 2021. Response of shallots of Batu Ijo variety to doses of N and K fertilizers. Akta Agrosia, 241, 19–24. Wulandhari, L. A., Gunawan, A. A. S., Qurania, A., Harsani, P., Triastinurmiatiningsih, Tarawan, F., & Hermawan, R. F. 2019. Plant nutrient deficiency detection using deep convolutional neural network. ICIC Express Letters, 1310, 971–977. Yeh, D. M., Lin, L., & Wright, C. J. 2000. Effects of mineral nutrient deficiencies on leaf development, visual symptoms and shoot-root ratio of Spathiphyllum. Scientia Horticulturae, 86, 223–233. Yi, J., Krusenbaum, L., Unger, P., Hüging, H., Seidel, S. J., Schaaf, G., & Gall, J. 2020. Deep learning for non-invasive diagnosis of nutrient deficiencies in sugar beet using RGB images. Sensors, 20, 1–19. ... Unsur hara esensial merupakan unsur kimia yang dibutuhkan oleh tanaman untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangannya. Unsur hara esensial berdasarkan tingkat kebutuhan tanaman dibedakan yaitu unsur hara makro makronutrien, dan unsur hara mikro mikronutrien Armita et al., 2022. Suplai unsur hara tersedia dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah, yaitu sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. ...... Unsur hara atau nutrien adalah komponen yang sangat diperlukan oleh tanaman. Tanah yang baik adalah tanah yang menawarkan komponenkomponen ini sepenuhnya dan dalam jumlah yang memadai untuk mempertahankan pertumbuhan tanaman Armita et al., 2022. Unsur hara lengkap dapat mendorong perkembangan tanaman dan menghasilkan output yang berkualitas tinggi. ...... Sumber utama mikronutrien pada tanaman berasal dari media tanam, sehingga ketika media tanam, dalam hal ini tanah mengalami kekurangan defisiensi ataupun kelebihan toksisitas unsur hara tertentu akan memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Umumnya, tanaman mengalami defisiensi unsur hara karena ketersediaan unsur hara tersebut di dalam tanah rendah Armita et al., 2022. ... Muhammad AsrilHardian NingsihBasuki ArumMenulisKesuburan tanah digambarkan sebagai “kemampuan tanah untuk menyediakan unsur hara esensial tanaman dan air tanah dalam jumlah dan proporsi yang memadai untuk pertumbuhan dan reproduksi tanaman tanpa adanya zat beracun yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman”. Tanah yang subur “menyediakan nutrisi penting untuk pertumbuhan tanaman, mendukung komunitas biotik yang beragam dan aktif, menunjukkan struktur tanah yang khas dan memungkinkan dekomposisi yang tidak terganggu”.Nutrisi tanaman adalah unsur kimia penting yang dibutuhkan oleh tanaman dan secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam metabolisme serta aktivitas fisiologis dalam tubuh tanaman. Berdasarkan tingkat kebutuhan tanaman, nutrisi dibedakan menjadi 3 yaitu nutrisi dasar, nutrisi makro yaitu Nitrogen N, Fosfor P, Kalium K, Kalsium Ca, Magnesium Mg dan Belerang S serta nutrisi mikro yaitu Besi Fe, Mangan Mn, Boron B, Molibdenum Mo, Tembaga Cu, Seng Zn dan Klor Cl. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi gejala defisiensi dan toksisitas nutrisi yang dialami oleh tanaman di Desa Palajau Kabupaten Jeneponto. Identifikasi gejala dilakukan secara visual pengamatan langsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa jenis tanaman yang mengalami masalah nutrisi yaitu tanaman kacang hijau menunjukkan gejala defisiensi unsur Fe dan toksisitas unsur Zn, jagung menunjukkan gejala defisiensi unsur K, kelapa menunjukkan gejala defisiensi unsur Mg dan K, jeruk menunjukkan gejala defisiensi unsur N, S, dan Ca, mangga menunjukkan gejala defisiensi unsur K dan gangguan unsur B, serta tanaman srikaya yang menunjukkan gejala defisiensi unsur K. Pengamatan visual merupakan langkah awal untuk mengetahui masalah nutrisi pada tanaman, sehingga perlu dilakukan analisis laboratorium berupa analisis tanah soil testing dan analisis jaringan tanaman untuk mendukung data yang diperoleh di Kunci idefisiensi, identifikasi visual, nutrisi tanaman, toksisitasNutrient has an important effect on crop nutrition. It is important to find a correct balance between macronutrients and micronutrients for maize crop. Nutrients in the soil are taken up by the roots of the plant after which they are translocated within the plant reaching the stems and leaves. Decreased water availability in the soil reduces the movement of the nutrients and when this is the case, plant growth is hampered. Nitrogen N Plants suffering from nitrogen tend to show stunted growth. The leaves turn a pale green. The oldest leaves show yellow discolouration and necrosis starting at the tip of the leaf. Low or high pH soils make the problem worsen. N is important for lush green growth. It contributes towards yield & grain quality. Maize plant requires nitrogen and phosphorous soon after germination to stimulate the growth of stems, leaves and ear. The majority of nitrogen is needed during the growth. Nitrogen is important for lush green growth of the maize which significantly contributes towards yields and better grain quality. A maize plant requires both nitrogen and phosphorous soon after germination to stimulate the overall growth of plant structures. The majority of nitrogen is needed during the period of maximum growth which is the month prior to tasselling and silking. Phosphorous P Young plants suffering from a deficiency in phosphorous are stunted and thin with dark green leaves. Leaf margins, veins and stems show tinges of purple which may even spread across the whole blade of the leaf. This reddish discolouration is usually visible mainly in the juvenile stage of the plant's life. Acidic and very alkaline soils worsen the plants as do cold and wet conditions. Crops with poorly developed root systems struggle without enough phosphorous so it is very important to get the levels right to ensure good early plant development which will contribute towards even maturing and reduced grain losses at assess nutrients deficiency in plants, most agriculturists primarily depend on visual symptoms, soil analysis and plant tissue analysis. The seventeen essential plant elements are carbon C, hydrogen H, oxygen O, nitrogen N, phosphorus P, potassium K, calcium Ca, magnesium Mg, sulphur S, iron Fe, zinc Zn, manganese Mn, copper Cu, boron B, molybdenum Mo, chlorine Cl and nickel. Carbon, hydrogen, and oxygen are obtained from air and YiLukas KrusenbaumPaula UngerJuergen GallIn order to enable timely actions to prevent major losses of crops caused by lack of nutrients and, hence, increase the potential yield throughout the growing season while at the same time prevent excess fertilization with detrimental environmental consequences, early, non-invasive, and on-site detection of nutrient deficiency is required. Current non-invasive methods for assessing the nutrient status of crops deal in most cases with nitrogen N deficiency only and optical sensors to diagnose N deficiency, such as chlorophyll meters or canopy reflectance sensors, do not monitor N, but instead measure changes in leaf spectral properties that may or may not be caused by N deficiency. In this work, we study how well nutrient deficiency symptoms can be recognized in RGB images of sugar beets. To this end, we collected the Deep Nutrient Deficiency for Sugar Beet DND-SB dataset, which contains 5648 images of sugar beets growing on a long-term fertilizer experiment with nutrient deficiency plots comprising N, phosphorous P, and potassium K deficiency, as well as the omission of liming Ca, full fertilization, and no fertilization at all. We use the dataset to analyse the performance of five convolutional neural networks for recognizing nutrient deficiency symptoms and discuss their nitrogen it is one of the most essential mineral for the plant. Shallot Allium cepa var aggregatum L. was grown under fully irrigated conditions in a field experiment in the Central Java Indonesia to study and determine i optimum nitrogen dosage for bulb yield, ii nutrients uptake and iii nitrogen use efficiency. The field experiment was performed as a randomized complete block design with five nitrogen levels 100, 200, 300, 400, 500 kg/ha-1 with six replicates. Our results showed that increased nitrogen rate enhanced shallot production. It was shown that the optimum dosage is 265 kg/ha-1. The highest nutrients uptake was reached by 300 kg N/ha-1. But, increasing the applied nitrogen rate decrease the NUE. The range of NUE values recorded was between and g bulb per g Allium cepa var. Aggregatum L have many varieties that can be grown in the highlands and lowlands and one of them is the Batu Ijo variety. Nutrients N and K play an important role for plant needs. This research was conducted from March to June 2019 in Medan Baru, Bengkulu City. This study used a completely randomized design with two factors. The first factor was the dose of N fertilizer and the second factor was the application of K fertilizer. The application of N fertilizer had a significant effect on the number of shallots at week 2. The Urea dose given decreases the number of spring onions. For the best treatment at plant height is the treatment of Urea 300 kg/ha and KCl 50 kg/ha. Plant growth from week 2 to 5 increased significantly. The application of K fertilizer has an effect on the number of shallots at week 2 and the number of tubers. The higher the plant age, the more the number of leaves produced, but at higher doses, the number of leaves and the number of tubers decreased. The best treatment for the number of leaves produced was Urea 300 kg/ha and without giving KCl. For the best treatment of fresh plant weight, namely Urea 300 kg/ha and KCl 150 kg/ha, the best treatment fresh tuber weight was Urea 300 kg/ha and KCl 150 kg/ha, for tuber diameter the best treatment was 200 kg/ha of urea and KCl 100 kg/ha and for the number of tubers of Urea 0 kg/ha and KCl 150 kg/ shallots, N fertilizer, K fertilizerR. SathyavaniK. JaganMohan Kalaavathi BhuvaneshwaranIn this paper, the study detects the nutritional deficiencies from these leaves using Internet of Thing IoT based image acquisition and nutrition analyser devices. The former captures the color of the leaf and the latter helps in finding the nutrients in each zone based on the image captured by the device. The study uses an improved convolutional neural network to detect automatically the nutrients present in a leaf. The type of leaf is considered from the plants including coriander, tomato, pepper, chili, etc. The Convolutional Neural Network CNN is used to extract the patterns of leaf images from the data capturing IoT devices and nutrition analyser device. The system stores and process the data in cloud, where the CNN integrated in Virtual Machines enables the process of input data and process it and sends the report to the authority. A total of 3000 images are collected out of various disorders in five different plants. A 5 fold cross-validation is conducted on training and testing dataset. The system is tested in terms of accuracy, sensitivity, specificity, f-measure, geometric mean and percentage error. The comparison made with existing models shows an improved detection accuracy by CNN than other deep learning models. © 2021, Semnan University, Center of Excellence in Nonlinear Analysis and Applications. All rights Barker David J. PilbeamIn 2007, the first edition of Handbook of Plant Nutrition presented a compendium of information on the mineral nutrition of plants available at that time-and became a bestseller and trusted resource. Updated to reflect recent advances in knowledge of plant nutrition, the second edition continues this tradition. With chapters written by a new team of experts, each element is covered in a different manner, providing a fresh look and new understanding of the material. The chapters extensively explore the relationship between plant genetics and the accumulation and use of nutrients by plants, adding to the coverage available in the first edition. The second edition features a chapter on lanthanides, which have gained importance in plant nutrition since the publication of the first edition, and contains chapters on the different mineral elements. It follows the general pattern of a description of the determination of essentiality or beneficial effects of the element, uptake and assimilation, physiological responses of plants to the element, genetics of its acquisition by plants, concentrations of the element and its derivatives and metabolites in plants, interaction of the element with uptake of other elements, diagnosis of concentrations of the element in plants, forms and concentrations of the element in soils and its availability to plants, soil tests and fertilizers used to supply the element. The book demonstrates how the appearance and composition of plants can be used to assess nutritional status and the value of soil tests for assessing nutrition status. It also includes recommendations of fertilizers that can be applied to remedy nutritional deficiencies. These features and more make Handbook of Plant Nutrition, Second Edition a practical, easy-to-use reference for determining, monitoring, and improving the nutritional profiles of plants worldwide. Fosfortermasuk unsur hara makro esensial yang sangat penting untuk pertumbuhan tanaman, tetapi kandungannya di dalam tanah lebih rendah dibanding nitrogen (N), kalium (K), dan kalsium (Ca). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana analisis kandungan unsur fosfor (P) dalam kompos organik limbah jamur dengan aktivator ampas tahu. - Seperti manusia, tumbuhan juga membutuhkan makanan untuk melanjutkan hidupnya, apalagi untuk pertumbuhan yang baik tentunya tumbuhan membutuhkan unsur hara yang sangat penting atau esensial. Unsur hara esenisal yang sangat dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak disebut untuk hara makro. Sedangakan unsur hara esensial yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang sedikit disebut unsur hara mikro. Jadi kenapa unsur hara makro dan mikro ini disebut unsur hara esensial atau penting? Seperti yang dikutip dari Arnon and Stout 1939 dalam situs Departemen Ilmu Tanah Universitas Wisconsin Madison telah menetapkan 3 kriteria mengapa unsur hara tersebut esensial atau penting, antara lain Tumbuhan tidak dapat menyelesaikan siklus hidupnya tanpa unsur hara tersebut. Unsur hara tersebut tidak dapat diganti dengan unsur lainnya. Unsur hara tersebut berperan langsung dalam metabolisme tumbuhan, jadi sangat dibutuhkan dalam proses fisiologis tertentu. sebagai contoh Nitrogen yang memiliki peran yang penting dalamsintesis karbohidrat. Selain tiga kriteria diatas ada satu kriteria lagi yang mestinya harus ditambahkan menurut Arnon and Stout yaitu unsur hara tersebut harus dibutuhkan oleh sejumlah besar spesies tanaman, bukan hanya satu atau dua spesies tunggal. Selain usur hara esensial, ada juga unsur hara yang dikatakan non esensial. Dikatakan unsur hara non esensial karena unsur hara tersebut belum diketahui secara jelas fungsinya. Sebagai contoh unsur logam Pb dan Cd. Unsur hara esensial yang dibutuhkan dalam jumlah yang banyak Makro antara lain Berasal dari udara dan air Karbon C, Hidrogen H, Oksigen O Unsur hara makro primer Nitrogen N, Fosfor P, Kalium K Unsur hara makro skunder Sulfur S, Kalsium Ca dan Magnesium Mg. Sedangkan unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit Mikro yaitu Besi Fe, Mangan Mn, Seng Zn, Tembaga Cu, Molibden Mo, Buron B, dan Clor Cl Sumber 06-06-2013 2339 tata604 memberi reputasi

duayaitu unsur hara esensial dan unsur hara non esensial. Unsur hara esensial adalah unsur-unsur yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman, apabila unsur tersebut tidak tersedia maka pertumbuhan tanaman akan terhambat. Unsur hara esensial merupakan unsur utama yang diperlukan tanaman untuk menunjang laju pertumbuhannya.

Buku ini menguraikan dasar-dasar unsur hara tanaman tumbuhan yang disusun atas beberapa literatur dan menguraikan beberapa bab yang meliputi faktor pertumbuhan tanaman, peran dan fungsi unsur hara makri dan mikro, gejala defisiensi, komposisi hara dalam jaringan tanman, mekanisme penyerapan hara, diagnosa hara dan pendauran hara. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS SYIAH KUALA iiP E N G A N T A RN U T R I S IT A N A M A N iiiPENGANTARNUTRISITANAMANProf. Dr. Ir. Sufardi, PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALAJl. Tgk. Hasan Krueng Kalee No. 3 Kopelma Darussalam, Banda AcehTelp. 0651 7552223, 7410159, Fax. 0651 7552223Syiah Kuala University PressDarussalam, Banda Aceh ivPengantar Nutrisi TanamanDisusun Oleh Prof. Dr. Ir. Sufardi, Cipta dilindungi undang-undang pada memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi bukuini dalam bentuk apapun, baik secara elektronis maupun mekanis tanpa izintertulis dari pertama 2012Cetakan Kedua 2019Editor Zahratul KamilaDisain kulit PenulisGambar Penulisxix + 357 hal 17 x 25 cmISBN 978-602-7592-02-5Penerbit SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESSJl. Tgk. Hasan Krueng Kalee No. 3Kopelma Darussalam, Banda AcehTelp. 0651 7552223, 7410159Fax. 0651 7552223Dicetak Syiah Kuala University Press vKATA PENGANTARTumbuhan hijau mempunyai peranan yang sangat besar bagikelangsungan hidup organisme dan juga kelangsungan dari bumi karenatumbuhan berfungsi sebagai produsen pertama yang menghasilkan/penyediabahan makanan atau sebagai sumber energi bagi manusia dan hijau mampu memproduksi makanan sendiri melalui proses yangdisebut fotosintesis. Proses ini melibatkan energi matahari, karbon dioksidadan unsur hara mineral di dalam tanah. Tumbuhan juga mampumengeluarkan oksigen sebagai hasil fotosintesisnya. Oksigen ini sangatdibutuhkan oleh baik manusia, hewan, mikrobia, maupun oleh tumbuhansendiri untuk proses pentingnya arti tumbuhan bagi kehidupan, maka sejak lamamanusia telah membudidayakan tumbuhan sebagai penghasil zat makananuntuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Zat makanan yang dihasilkan dapatberupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral yang semua inisangat esensial bagi kita suatu tanaman tidak cukup hanya dengan adanya sinarmatahari dan karbondioksida di udara, akan tetapi sangat dipengaruhi pulaoleh tersedianya unsur hara nutrisi yang cukup di dalam tanah. Buku inimencoba menjelaskan dasar-dasar dan hal-hal yang berkaitan dengan unsurhara dan dinamika perharaan tanaman yang berjudul “Pengantar NutrisiTanaman”. Buku ini disusun untuk memberikan pengantar materi dalammemahami konsep-konsep nutrisi tanaman dan kesuburan tanah yanggabungan dari beberapa modul kuliah yang diberikan kepada mahasiswabidang studi pertanian, biologi, dan kehutanan. Diawali dengan pembahasantetang faktor-faktor pertumbuhan tanaman, kemudian dilanjutkan denganpengenalan terhadap unsur-unsur hara tanaman, dinamika hara, prosespenyerapan hara dan selanjutnya dibahas teknik diagnosis hara serta diakhiridengan pengelolaan daur hara atau manajemen pemupukan. Dengan dibantubeberapa visual gambar, mahasiswa akan mudah memahami dan mengenalgejala difisiensi hara pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasihkepada para pihak yang telah membantu terwujudnya buku ini. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada para dosen Jurusan/ProgramStudi Ilmu Tanahdan Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala sertaProgram Doktor Ilmu Pertanian Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala viyang telah memberi dorongan kepada penulis untuk menerbitkan buku ini padaedisi ke dua. Kepada Dekan Fakultas Pertanian beserta jajarannya, penulismenghaturkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada penulisuntuk diusulkan sebagai salah satu Buku Pelajaran di Fakultas ini. KepadaRektor dan pihak Penerbit serta percetakan, penulis mengucapkan banyakterima kasih atas kesediaan untuk mendukung dalam penerbitan buku semua jerih payah dan bantuan yang telah diberikan, mendapatimbalan dari Allah yang maha bahwa buku ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karenaitu kritik dan saran untuk perbaikan buku ini sangat diharapkan dari parapembaca, semoga pada edisi ke depan dapat disempurnakan lagi. Mudah-mudahan Buku ini berguna bagi para mahasiswa dan pembaca. Aceh, November 2019Penulis viiDAFTAR ISIKATA PENGANTAR vDAFTAR ISI viiDAFTAR TABEL xiiDAFTAR GAMBAR xviDAFTAR LAMPIRAN xixBAB I. PERTUMBUHAN TANAMAN Faktor Genetika Faktor Lingkungan Karakteristik Sistem Tanah Rangkuman Glossarium Daftar Pustaka 23BAB II. NUTRISI TANAMAN Definisi dari Ruang Lingkup Komponen Bahan Tanaman Unsur Hara Esensial dan Non-esensial Klasifikasi Unsur Hara Klasifikasi Menurut Fungsi Metabolik Fungsi Osmotik dan Regulasi Klasifikasi Menurut Kebutuhan Kuantitatif Rangkuman Glossarium Daftar Pustaka 37 viiiBAB III. FUNGSI UNSUR HARA Karbon, Hidrogen, dan Oksigen C, H, O Nitrogen N Fosfor P Kalium K Kalsium Ca Magnesium Mg Sulfur S Boron B Klour Cl Tembaga Cu Besi Fe Mangan Mn Molibdenum Mo Seng Zn Identifikasi Gejala Defisiensi Diagnosa Keracunan Unsur Hara Rangkuman Glossarium Daftar Pustaka 92BAB IV. KOMPOSISI HARA TANAMAN Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komposisi Tanaman Faktor Genetik Faktor tanah Faktor Lingkungan Rasio Kation dan Produksi Tanaman Kebutuhan Hara Tanaman Rangkuman Glossarium Daftar Pustaka 118 ixBAB V. PENYERAPAN HARA Pergerakan Hara Aspek Kuantitas dan Intensitas Mekanisme Pengambilan Hara Ciri Penyerapan Pasif dan Penyerapan Aktif Peran Mikoriza dalam Penyerapan Hara Hubungan Tanah dan Tanaman Rangkuman Glossarium Daftar Pustaka 149BAB VI. DIAGNOSIS HARA Program Evaluasi Diagnosis Pengumpulan informasi awal langkah-langkah awal Pengamatan Visual Uji Mikrobiologis Evaluasi Secara Sistematis teknis Uji Tanah Analisis Tanaman Percobaan Pemupukan Penetapan Rekomendasi Rangkuman Glossarium Daftar Pustaka 194BAB VII. DINAMIKA DAUR HARA Daur Hara dan Pertumbuhan Tanaman Daur Karbon Siklus C Daur Nitrogen Siklus N Daur Fosfor Siklus P Daur Kalium Siklus K Daur Sulfur Siklus S Daur Hidrogen Siklus H Daur Kalsium Siklus Ca 229 Daur Magnesium Siklus Mg Daur dan Dinamika Hara Mikro Besi dan Mangan Fe dan Mn Seng Zn Tembaga Cu Molibdenum Mo Boron B Klor Cl Rangkuman Glossarium Daftar Pustaka 260BAB VIII. PENGELOLAAN DAUR HARA Pendahuluan Pemupukan Pupuk Organik Pupuk Alam Pupuk Anorganik Fungsi dan Pengaruh Pupuk Sifat-sifat dan Reaksi Pupuk Pertimbangan Dalam Pemupukan Pengaruh Negatif Penggunaan Pupuk Metode Pemberian Pupuk Kebutuhan Hara dan Pupuk Efisiensi Pemupukan Ameliorasi Pengapuran Pemberian Bahan organik Pemberian Zeolit Pemanfaatan Biochar Pemberian Gipsum Pemanfaatan Limbah Penerapan Bioteknologi Teknologi Mikoriza Pemanfaatan Rhizobium Bakteri Pelarut Fosfat 332 Mikroba Pemacu Pertumbuhan Pemanfaatan Mikrobia Antagonis Remediasi Tanah Konsep Remediasi Tanah Bioremediasi Fitoremediasi Kemoremediasi Fisikoremediasi Pengelolaan Pupuk Pemupukan Hara Berimbang Rangkuman Glossarium Daftar Pustaka 350LAMPIRAN 357 xiiDAFTAR TABELTabel Nama-nama unsur hara tanaman dan bentukyangdiserapnya serta kisaran konsenterasi di dalam tanah 10Tabel Kandungan Unsur dalam Lithosfir 13Tabel Komposisi Unsur dari Tanah Mineral di Zona IklimTropis dan Iklim Sedang 14Tabel Komposisi Mineral Primer dari Batuan Beku 15Tabel Susunan Kimia dari Mineral Sekunder dalam Tanah% 16Tabel Kapasitas Pertukaran Kation dari Beberapa MineralLiat Tanah. 18Tabel Konsentrasi Hara ion dalam Beberapa Ordo Tanah 21Tabel Perbedaan Aktivitas dan Konsentrasi dari BeberapaIon dari Larutan Tanah dan Larutan 1/5 Hoaglandµmol L-1. 22Tabel Bentuk Unsur hara yang Diserap Tanaman danKemungkinan Pupuk yang Dapat Diberikan untukMencukupi Hara Tersebut 28Tabel Rata-rata Konsentrasi Hara Mineral dalam BahanKering Tanaman pada Taraf Mencukupi 30Tabel Penemu dan Penemu Esensialitas untuk Unsur-unsurEsensil 31Tabel Pengelompokkan Unsur Hara Berdasarkan FungsiMetabolik di dalam Jaringan Tanaman 33Tabel Konsentrasi Unsur-unsur Esensial dalam JaringanTanaman 35Tabel Matriks Hubungan antara Gejala Defisiensi/Toksisitasdengan Unsur yang Dicurigai sebagai Penyebabnya 66 xiiiTabel Langkah-Langkah Identifikasi Gejala Defisiensi HaraTanaman untuk Unsur yang Bersifat Mobil 72Tabel Langkah-Langkah Identifikasi Gejala Defisiensi HaraTanaman untuk Unsur yang Bersifat Immobil 73Tabel Komposisi Hara Rata-rata dari Rerumputan danLeguminosa 99Tabel Kisaran pH Optimum Toleransi dari BeberapaTanaman 103Tabel Toleransi Tanaman terhadap Tanah Salin danKandungan Garam Tanah 104Tabel Rasio Ca-dapat ditukar Terhadap Mg-dapat ditukarpada Beberapa Tanah Winconsin 112Tabel Perubahan Rasio Kalsium Tertukar TerhadapMagnesium Tertukar dengan Penanaman 112Tabel Kisaran Rasio-rasio Kation Basa untuk Lima HasilTertinggi dan Terendah dari Empat Jenis Tanaman 113Tabel Pengaruh Variasi Rasio Ca dan Mg Terhadap HasilAlfalfa 113Tabel Total Hara yang Terkandung dalam Sisa PanenKecuali Akar dari Beberapa Jenis Tanaman 115Tabel Pengaruh Mikoriza Terhadap Penyerapan N, P, dan K 135Tabel Pengaruh Mikoriza terhadap Ketersediaan P 136Tabel Kriteria Hasil Analisis Kimia Tanah Rutin diLaboratorium Menurut LPT Bogor 1983 172Tabel Metode Ekstraksi dan Kriteria Analisis Unsur HaraMikro Tanah 174Tabel Kriteria Penilaian Status Kesuburan Tanah P3MT,1983 178Tabel Beberapa Kriteria Tanah untuk Menilai Kualitas 179Tabel Contoh Pengambilan Sampel Bagian Tanaman untukBeberapa Jenis Tanaman 181 xivTabel Status Unsur Hara Dalam Jaringan Tanaman 183Tabel Level Kritis Unsur Hara pada Beberapa Tanaman 183Tabel Susunan Perlakuan Pemupukan pada Percobaan Omisisubstraksi 185Tabel Contoh Percobaan Pemupukan Menurut TeknikEkstraksi 185Tabel Jumlah Volume Karbon Di dalam Berbagai Reservoirdari Siklus Global 207Tabel Unsur-unsur Mikro Esensial dan Perannya di DalamTanaman 237Tabel Kadar Unsur Hara NPK pada Beberapa Jenis PupukKandang 271Tabel Beberapa Jenis Pupuk Nitrogen Sintetis 281Tabel Beberapa Pupuk Fosfat Utama yang SeringDigunakan sebagai Sumber Fosfat Tanaman 283Tabel Beberapa Jenis Pupuk Kalium dan KomposisiHaranya 285Tabel Nama Unsur Mikro dan Jenis Pupuk yang Dipakaisebagai Sumber-sumber Haranya 291Tabel Bahan Kapur dan Nilai Netralisasinya 319Tabel Anjuran Pemupukan Berimbang Spesifik Lokasidengan Menggunakan Pupuk Tunggal MenurutPUSRI 2009 346 xvDAFTAR GAMBARGambar Hubungan Antara Sistem Tanah dengan Tanaman 13Gambar Ilustrasi Analogi Barrel Menggunakan Nitrogensebagai Unsur Tersedia Paling Rendah 64Gambar Bentuk-bentuk gejala daun tanaman akibatdefisiensi atau keracunan unsur hara 69Gambar Diagram Pembagian Unsur Hara BerdasarkanAsalmula Gejala Terjadinya Defisiensi padaDaun Tanaman 71Gambar Langkah-langkah Identifikasi Gejala DefisiensiHara Tanaman untuk unsur yang bersifat mobil 72Gambar Langkah-langkah identifikasi gejala defisiensihara tanaman untuk unsur yang bersifat tidakmobil 73Gambar Gejala defisiensi N dalam bentuk klorosis dandiskolorasi daun bentuk V’ 74Gambar Gejala Defisiensi P pada Tanaman 75Gambar Gejala Defisiensi Kalium K pada Tanaman 77Gambar Gejala Defisiensi Klor Cl pada Tanaman 78Gambar Gejala Defisiensi Magnesium Mg padaTanaman 79Gambar Gejala Defisiensi Molibdenum Mo padaTanaman 80Gambar Gejala Defisiensi Sulfur S pada Tanaman 81Gambar Gejala Defisiensi Boron B pada Tanaman 82Gambar Gejala Defisiensi Besi Fe pada Tanaman 83 xviGambar Gejala Defisiensi Seng Zn pada Tanaman 84Gambar Gejala Defisiensi Kalsium Ca pada Tanaman 85Gambar Gejala Defisiensi Tembaga Cu pada TanamanKentang dan Tomat 86Gambar Gejala Defisiensi Mangan Mn pada tanaman 87Gambar Ilustrasi Komposisi Tanaman dikendalikan olehfaktor-faktor tanah, genetik, dan lingkungan 98Gambar Pengaruh Umur Tanaman terhadap KomposisiHara 100Gambar Pengaruh pH terhadap ketersediaan Unsur haradi dalam tanah 102Gambar Hubungan antara partikel tanah dan ion yangdipertukarkan dalam larutan tanah 111Gambar Diagram proses-proses pergerakan haratanaman Anonim, 2008 122Gambar Ilustrasi pergerakan hara melalui difusi, aliranmassa dan intersepsi akar 123Gambar Hubungan antara tanaman dengan komplekspenyediaan hara 124Gambar Hubungan antara aspek Q dan I dalampenyediaan 127Gambar Model pergerakan ion hara secara Apoplasmik 129Gambar Model pergerakan ion hara secara Simplasmik 129Gambar Hipotesis pergerakan ion melewati membranplasma dengan menggunakan carier 131Gambar Penampang Akar Tumbuhan di bawahMikroskop dan skema penampang bulu akartumbuhan 134 xviiGambar Penampang Akar yang Terinfeksi olehEndomikoriza dan Ektomikoriza. 134Gambar Gejala defisiensi hara pada daun jagung akibatkekurangan unsur tertentu dan akibat seranganpenyakit dan kekeringan 160Gambar Ilustrasi tentang Gejala Defisiensi Daun padaTanaman yang Mengalami Berbagai DefisiensiUnsur Hara 161Gambar Tanda-tanda Defisiensi Hara pada Daun 162Gambar Skematik Cara Pengambilan Sampel TanahKomposit grid dan zigzag pada Tanah yangSeragam uniform paddocks 164Gambar Skematik cara pengambilan sampel tanahkomposit zigzag pada tanah yang tidak seragamvariable paddocks 165Gambar Ilustrasi Terapan Pengambilan Sampel TanahKomposit menurut metode sistem lahan a danMetode sistematis b 165Gambar Contoh Pengambilan Sampel Agregat Utuhuntuk Sifat Fisika Tanah 167Gambar Contoh Deskripsi Morfologi profil Tanah 168Gambar Diagram Daur Karbon 201Gambar Diagram Daur Karbon di Atmosfer 203Gambar Mekanisme Pendauran N2 di Udara MenjadiBentuk Tersedia 209Gambar Diagram Daur Nitrogen 211Gambar Diagram Proses Fiksasi N2oleh Bakteri 214Gambar Diagram Proses dan Pendauran Fosfor di Alam 219Gambar Diagram Ilustrasi Daur Kalium 223 xviiiGambar Diagram Daur Sulfur 226Gambar Diagram Daur Hidrogen di Dataran 228Gambar Diagram Daur Kalsium di Alam 229Gambar Proses-proses Utama dalam Daur MagnesiumTanah 235Gambar Dinamika Keseimbangan Unsur Mikro diDalam Tanah 237Gambar Diagram Daur Biogeokimia Klor di Alam 256Gambar Mekanisme Pelepasan Unsur Hara dari BahanOrganik Tanah 323 xixDAFTAR LAMPIRANLampiran 1. Tabel Konversi Berbagai Bentuk Senyawa Pupuk 357 ... Penentuan kandungan N dalam larutan ditetapkan dengan metode Kjeldahl, sedangkan P diukur secara kolorimetrik menggunakan Spektrofotometer, dan kandungan K diukur dengan AAS Kalra, 1989. Serapan hara N,P, dan K dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut Sufardi 2012 ...... Unsur N berperan dalam pertumbuhan vegetatif Havlin et al., 2013. Unsur N pada tanaman berfungsi untuk merangsang pertumbuhan batang dan daun, sehingga menguntungkan bagi tanaman yang umumnya menghasilkan batang dan daun Marschner 2012, Sufardi 2012. ...... Jika konsentrasi larutan yang diberikan rendah maka pertumbuhan tanaman akan menjadi tidak sempurna karena terjadi defisiensi Junia 2017. Begitu pula jika larutan yang diberikan berlebih maka akan terjadi toksisitas bagi tanaman Sufardi, 2012. ...Khairul FahmiYusnizar Yusnizar Sufardi SufardiAbstrak. Larutan Hara AB Mix merupakan pupuk majemuk campuran larut air yang sering digunakan pada sistem media hidroponik. Efektifitas Larutan AB Mix ini sebagai sumber hara bagi tanaman sayur antara lain dipengaruhi oleh konsentrasi pemberian yang tepat. Percobaan ini dilakukan di dalam polybag menggunakan rancangan acak lengkap RAL yang terdiri atas 5 perlakuan konsentrasi larutan AB Mix yaitu 0,25; 0,50; 0,75; 1,00; dan 1,25 g L-1 air dengan empat ulangan. Benih sawi hijau dibibitkan pada media rockwool selama seminggu dan setelah berumur 20 hari dipindahkan ke dalam polybag ukuran 15×21 cm yang telah diisi dengan media cocopeat. Pemberian larutan AB Mix dilakukan setiap hari bersamaan dengan penyiraman sampai tanaman berumur berumur 30 hari setelah tanam HST. Sampel daun untuk analisis N,P, dan K diambil pada seluruh daun tanaman yang telah dipanen pada umur 30 HST. Daun tersebut sebelum dianalisis, dibersihkan dengan akuades dan kemudian dimasukkan ke dalam oven pada suhu 70 0C. Setelah kering digiling dan dihaluskan dengan mesin grinder dan kemudian disaring dengan ayakan ukuran 0,5 mm. Analisis kandungan hara N, P, dan K dilakukan menggunakan metode destruksi basah. Pemberian larutan AB Mix berpengaruh nyata P0,05 terhadap bobot segar dan bobot kering tanaman sawi hijau serta dapat meningkatkan konsentrasi dan serapan N,P, dan K. Konsenrasi optimum larutan AB Mix diperoleh pada rentang - g L-1 Uptake of Nutrients N, P, and K of Green Mustard Due to The Concentration of Nutrient Solution AB Mix in Cocopeat MediaAbstract. AB Mix Nutrient Solution is a water-soluble compound fertilizer that is often used in hydroponic media systems. The effectiveness of the AB Mix solution as a source of nutrients for vegetable plants is influenced by, among other things, the right concentration of administration. This experiment was carried out in polybags using a completely randomized design CRD consisting of 5 treatment concentrations of AB Mix solution, namely and g L-1 water with four replications. Green mustard seeds were seeded on Rockwool media for a week and after 20 days they were transferred to 15×21 cm polybags filled with cocopeat media. The AB Mix solution was given every day along with watering until the plants were 30 days old after planting DAT. Leaf samples for analysis of N, P, and K were taken on all leaves of plants that had been harvested at the age of 30 DAP. Before being analyzed, the leaves were cleaned with distilled water and then placed in an oven at a temperature of 70 0C. After drying, it was ground and mashed with a grinder machine and then filtered through a mm sieve. Analysis of the nutrient content of N, P, and K was carried out using the wet digestion method Kalra 1998. The administration of AB Mix solution had a significant effect on the fresh weight and dry weight of mustard greens and could increase the concentration and uptake of N, P, and K on Cocopeat media. The optimum concentration of AB Mix solution was obtained in the range of - g L-1 of water.... Rata-rata pertumbuhan dan produksi tanaman tomat akibat perbedaan dosis pupuk NPK setelah di uji dengan BNJ 5% dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rata-rata pertumbuhan dan produksi tanaman tomat akibat perbedaan dosis pupuk NPK Tabel 2 menunjukkan bahwa diameter buah tomat terbesar diperoleh pada dosis NPK 250 kg ha -1 , hal ini dikarenakan bahwa pada jumlah buah pertandan yang paling banyak juga pada dosis tersebut, yang mana dari parameter perlakuan tersebut berkaitan dengan diameter Kallie 1993 kekurangan atau kelebihan unsur hara akan menyebabkan kemunduran pertumbuhan dan produksi tanaman secara keseluruhan. Menurut Sufardi 2012 jika kelebihan suatu unsur hara, maka tanaman akan memperlihatkan gejala yang disebut dengan gejala keracunan. Pupuk NPK dapat memberikan kebutuhan unsur hara makro tambahan pada tanaman tomat, unsur N berfungsi untuk masa pertumbuhan vegetatif yaitu pembentukan batang dan daun. ...... Pupuk NPK dapat memberikan kebutuhan unsur hara makro tambahan pada tanaman tomat, unsur N berfungsi untuk masa pertumbuhan vegetatif yaitu pembentukan batang dan daun. Unsur hara P berfungsi untuk masa pertumbuhan generatif tanaman yaitu merangsang bunga, pembentukan buah, meningkatkan kualitas biji dan merangsang perakaran dan unsur hara K berfungsi dalam fotosintesis, pembentukan protein dan pengangkutan karbohidrat Sufardi, 2012. Pemberian pupuk NPK yang ideal terhadap tanaman tomat akan memberikan respon yang maksimal baik bagi pertumbuhan maupun produksi dari tanaman tersebut. ...Agus Maulidani Trisda KurniawanJumini JuminiAbstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk guano dan NPK serta mengetahui nyata tidaknya interaksi antara keduanya terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman tomat. Penelitian ini dilaksanakan di Gampong Lamdom, Lueng Bata, Banda Aceh, dari Januari sampai April 2018. Penelitianmenggunakan Rancangan Acak Kelompok pola Faktorial dengan 12 perlakuan yang diulang sebanyak 3 kali. Penelitian ini terdiri dari 2 faktor yaitu dosis pupuk guano 0, 4, 8, dan 12 ton ha-1 dan dosis pupuk NPK 0, 250, dan 500 kg ha-1. Kombinasi yang terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman tomat dijumpai pada perlakuan dosis pupuk guano 12 ton ha-1 dengan NPK 250 kg ha-1. wLsdException Locke... Pupuk guano mengandung nitrogen, fosfor dan potassium yang sangat bagus untuk mendukung pertumbuhan, merangsang akar, memperkuat batang bibit, serta mengandung semua unsur mikro yang dibutuhkan oleh bibit Rasantika, 2009. Guano mengandung 19 % fosfor dalam bentuk P2O5 yang di dalam tanaman sebagai penyusun senyawa ATP yang diperlukan dalam proses fotosintesis untuk pembentukan karbohidrat Sufardi, 2012, pupuk guano selain mengandung unsur hara makro N, P, K, Ca, Mg, S, C, H dan O, pupuk guano alami juga mengandung zat gizi mikro Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo dan Cl. Berdasarkan hasil penelitian bahwa pupuk guano berpengaruh sangat nyata terhadap P tersedia, berat berangkasan basah, berat umbi, dan berpengaruh nyata terhadap N total, total mikroorganisme Mulyono et al., 2014. ...Amran JaenudinIman SungkawaAnang RusmanaMaryuliyanna MaryuliyannaBenih merupakan komponen teknologi yang signifikan untuk meningkatkan produktivitas bawang. Saat ini kondisi bibit bawang merah di Indonesia perlu mendapat perhatian lebih serius. Selain penggunaan benih yang berkualitas, teknik budidaya tanaman juga penting untuk dikembangkan. Saat ini peningkatan produksi bawang merah umumnya sangat tergantung pada pupuk anorganik yang memberikan hasil tinggi tetapi pada kenyataannya banyak menyebabkan masalah kerusakan lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan kombinasi teknik Perawatan Budidaya Bawang Merah dengan biji yang terdiri dari varietas Tuk-Tuk, Sanren dan Lonakata dengan berbagai tingkat perlakuan pupuk organik guano. Metode penelitian yang digunakan adalah metode Kombinasi RAK dengan dua faktor, yaitu varietas dan jumlah pupuk organik. Hasil penelitian bobot umbi kering per petak varietas Sanren dan Guano Pupuk 750 kg / ha menghasilkan hasil terbaik, yaitu 5,133 kg / petak atau setara dengan 21,3875 ton / ha.... Karakter agronomi adalah karakter yang berperan dalam penentuan potensi hasil suatu tanaman, meliputi karakter komponen hasil dan hasil tanaman Putra et al., 2015. Karakter kimiawi merupakan sifat khusus hasil asimilasi sintesis tanaman dari unsur sederhana yang kemudian membentuk zat makanan kompleks yang dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup lainnya Sufardi, 2019. ...... Rendahnya kation basa dan kejenuhan basa pada Ultisols Jantho disebabkan oleh berbagai faktor seperti pH, bahan induk, perkembangan tanah, dan intensitas curah hujan. Hal ini menyebabkan Ultisols Jantho bereaksi masam dan menjadi faktor penghambat bagi pertumbuhan tanaman jika digunakan sebagai sebagai lahan pertanian Sanchez, 2004, Sufardi, 2012. Dominasi kation asam H + dan Al 3+ sebagai akibat pencucian kation basa menyebabkan kejenuhan Al tinggi sedangkan kejenuhan basa dan basa-basa dapat ditukar rendah. ...Sahbudin SahbudinKhairullah Khairullah Sufardi SufardiAbstrak. Kemasaman tanah dan pertukaran kation merupakan indikator penting terhadap kesuburan tanah terutama pada lahan kering suboptimal. Kemasaman tanah dan pertukaran kation erat kaitannya dengan bahan induk tanahnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat kemasaman tanah dan pertukaran kation pada dua ordo tanah di lahan kering Kabupaten Aceh Besar yaitu pada Mollisols Krueng Raya dan Ultisols Jantho. Kedua ordo tanah tersebut terbentuk dari bahan induk yang berbeda. Mollisols Krueng Raya terbentuk dari bahan induk batuan sedimen gampingan, sedangkan Ultisols Jantho dari bahan induk batuan sedimen liat tua. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survai deskriptif yaitu melalui pengamatan di lapangan dan analisis di laboratorium. Identifkasi profil dan ordo tanah dilakukan dengan menggunakan sistem klasifikasi tanah USDA Soil Survey Staff, 2014. Pengambilan sampel tanah dilakukan pada setiap lapisan horizon dari setiap profil pewakil ordo tanah yang diamati di lapangan. Sampel-sampel tanah tersebut selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk dianalisis pH H2O, kapasitas tukar kation KTK dan kation dapat ditukar Ca, Mg, K, dan Na ditetapkan dengan metode 1N NH4COOCH3 pH7, sedangkan Al- dan H-dapat ditukar diekstrak dengan 1M KCl. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua ordo tanah yang diteliti memiliki tingkat kemasaman dan pertukaran kation yang berbeda. Mollisols Krueng Raya mempunyai pH agak masam hingga agak alkalis 6,48-8,2 dan KTK tinggi, sedangkan Ultisols Jantho bereaksi masam pH 6,50 dan mempunyai KTK dan kejenuhan basa yang Acidity and Cation Exchange Properties in Mollisols and Ultisols in Dryland of Aceh Besar DistrictAbstract. Soil acidity and cation exchange is an important indicator of soil fertility especially on suboptimal drylands. Soil acidity and cation exchange closely related to the parent materials of soil. This study aims to assess soil acidity level and cation exchange in two soil orders of dryland in Aceh Besar District namely Mollisols Krueng Raya and Ultisols Jantho. The two soil orders are formed from different parent materials. The Mollisols of Krueng Raya are formed from limestone sedimentary rock, while Ultisols Jantho are formed from the parent material of the old clay sedimentary rock. The research is conducted using a descriptive survey method that is through field observations and analysis in the laboratory. Identification of soil profile and soil orders were conducted using USDA's soil classification system Soil Survey Staff, 2014. Soil sampling is taken from each layer of the horizon of the soil orders that are observed in the field. These soil samples were subsequently brought to the laboratory for analysis of pH H2O, cation exchange capacity CEC and exchangeable cations Ca, Mg, K, and Na are extracted by 1N NH4COOCH3 pH7, while exchangeable Al and H were extracted with 1M KCl. The results of analysis showed that both the soils orders being researched had a different level of acidity and exchange of cations. Mollisols of Krueng Raya has a moderately alkaline pH that is slighty alkalis and high CEC, while the Ultisols Jantho has an acid pH pH and has low CEC and low base saturation.... The combination of the grid method and the systematic method is used for water sampling well surface Puslitanak, 2004;Sufardi, 2012. Groundwater salinity was calculated using the Lutron PSA 311 Salt Meter instrument and calibrated with the ATAGO Hand-held Refractometer. ...The availability of accurate land data is useful in planning, policymaking, regional development, and preserving the environment. Banda Aceh is the center of education and development in Aceh, Indonesia, which is located in the coastal area. The tsunami has had a significant impact on development and settlements in Banda Aceh. Currently, settlements in Banda Aceh rapidly grow also the need for land and water resources. Therefore, mapping the potential for residential land in Banda Aceh is required. This study examines land suitability in Banda Aceh based on the FAO salinity criteria and spatial data analysis by remote sensing methods. Based on the results, it is known that Banda Aceh has land suitable for settlement of around 85% or 2975 hectares. These areas are generally located close to watersheds and receive sufficient freshwater input. Meanwhile, areas far from rivers and close to the coast have brackish salinity. This area is not suitable as a residential area. There are about three sub-districts in Banda Aceh which are not suitable for settlement. Keywords Kriging Remote sensing Settlement Salinity mapping Coastal Banda Aceh... Dari Tabel 4 juga dapat dilihat bahwa salah satu faktor yang turut mempengaruhi rendahnya kesuburan pada hamper semua tanah yang diteliti adalah kandungan C organik yang rendah. Berdasarkan hal ini, maka jumlah bahan organik dan distribusinya di dalam tanah sangat penting untuk mempertahankan kualitas tanah Havlin et al., 2010, Sufardi, 2012. Komposisi mineral tanah dan kandungan berbagai fraksi Fe, Al, dan Si di dalam tanah juga turut mempengaruhi kualitas dan kesuburan suatu tanah walaupun status kesuburan tanah masih dinilai dari beberapa variabel kimia tanah. ...Abstrak. Humus merupakan senyawa organik yang sangat penting di dalam tanah karena dapat membentuk kompleks dengan kation logam, sehingga mengurangi toksisitas pada tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan dan distribusi Fe- dan Al-humus serta C organik tanah pada Entisol dan Inceptisol di lahan kering Jantho, Kabupaten Aceh Besar. Sampel tanah diambil pada setiap lapisan horison dari profil tanah ordo Entisol Typic Udorthents dari Desa Jalin, Inceptisol Lithic Dystrudepts Buket Meusara, dan Inceptisol Oxic Dystrudepts dari Desa Cucum, kemudian dibawa ke Laboratorium untuk dianalisis Fe- dan Al- humus serta C organik tanah. Fe- dan Al-humus diekstrak dengan larutan 0,1 N Na-pirofosfat metode van Reeuwijk, 1992 sedangkan Fe dan Al dalam ekstrak Na-pirofosfat diukur dengan AAS. Kandungan C organik ditetapkan dengan metode Wakley dan Black yaitu destruksi dengan asam sulfat dan kalium bikromat dan pengukuran C dilakukan dengan titrasi FeSO4. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kandungan Fe-humus tanah pada ketiga ordo tanah tergolong sangat rendah 0,05 - 0,09% sedangkan Al-humus tanah bervariasi dari rendah sampai sedang 2,54 - 6,89%. Pada Entisol Jalin, distribusi Fe-humus dan Al-humus semakin meningkat dengan kedalaman, sedangkan pada Inceptisol Buket Meusara dan Inceptisol Cucum, Fe-humus cenderung semakin menurun dengan kedalaman, sementara Al-humus sangat bervariasi. Kandungan C organik tanah di lahan kering Jantho, Aceh Besar pada Entisol dan 0,14 - 0,72% pada Inceptisol Buket Meusara, dan 0,15 - 1,25% pada Inceptisol Cucum. Kandungan Fe- dan Al-humus tanah tidak berkorelasi langsung dengan kandungan C of Fe- and Al-humus and organic C on Entisol and Inceptisol in Drylands of Jantho, Aceh Besar DistrictAbstract. Humus is a very important organic compound in the soil because it can form complexes with metal cations, so as reducing toxicity to plants. This study aimed to determine the content and distribution of Fe- and Al-humus and soil organic C in Entisol and Inceptisol in dry land of Jantho, Aceh Besar District. Soil samples were taken at each layer of the horison from the soil profile of Entisol Typic Udorthents order from Jalin Village, Inceptisol Lithic Dystrudepts Buket Meusara, and Inceptisol Oxic Dystrudepts from Cucum Village, then taken to the Laboratory for Fe- and Al-humus analysis and soil organic C. Fe- and Al-humus were extracted with N Na-pyrophosphate solution van Reeuwijk method, 1992 while Fe and Al in Na-pyrophosphate extract were measured by AAS. Organic C content is determined by Wakley and Black method, which is destruction with sulfuric acid and potassium bicarbonate and measurement C is carried out by titrating FeSO4. The results showed that the soil Fe-humus content in the three soil orders was classified as very low - while Al-humus soil varied from low to moderate - In Entisol Interlace, the distribution of Fe-humus and Al-humus increases with depth, whereas in Inceptisol Buket Meusara and Cucum Inceptisol, Fe-humus tends to decrease with depth, while Al-humus varies greatly. Soil organic C content in Jantho dry land, Aceh Besar in Entisol and - in Meusara Bouquet Inceptisol, and - in Cucum Inceptisol. The content of Fe- and Al-humus soil does not correlate directly with organic C content.... Tabel 4. Evaluasi status kesuburan tanah pada Entisol dan Inceptisol di lahan kering Jantho, Kabupaten Aceh Besar Dari Tabel 4 juga dapat dilihat bahwa salah satu faktor yang turut mempengaruhi rendahnya kesuburan pada semua tanah yang diteliti adalah kandungan C organik yang rendah. Berdasarkan hal ini, maka jumlah bahan organik dan distribusinya di dalam tanah sangat penting untuk mempertahankan kualitas tanah Sufardi, 2012. Komposisi mineral tanah dan kandungan berbagai fraksi Fe, Al, dan Si di dalam tanah juga turut mempengaruhi kualitas dan kesuburan suatu tanah walaupun status kesuburan tanah masih dinilai dari beberapa variabel kimia tanah. ...Abstrak. Fe, Al, dan Si bebas di dalam tanah umumnya terdapat sebagai bentuk mineral yang merupakan komposisi utama tanah pada lahan kering di wilayah tropika basah. Kandungan unsur tersebut di dalam tanah dapat diekstrak dengan larutan dithionite-sitrat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan dan distribusi Fe, Al, dan Si-bebas tanah pada setiap lapisan horizon tanah ordo Entisol dari Desa Jalin dan Inceptisol dari Desa Cucum dan Buket Meusara serta status kesuburan tanahnya di lahan kering Jantho Kabupaten Aceh Besar. Analisis Fe, Al, dan Si-bebas diekstrak dengan larutan 0,1 N Natrium dithionit-sitrat Holmgren, 1976 dan diukur konsentrasinya dengan Spektrofotometer Serapan Atom SAA. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kandungan Fe-bebas tanah pada ketiga ordo tanah tergolong rendah 0,01-1,43% sedangkan Al-bebas tanah bervariasi antar ordo tanah dan berkisar dari rendah hingga tinggi 1,60-11,72%. Kandungan Si-bebas pada ketiga ordo tanah di lahan kering Jantho juga bervariasi dari rendah sampai tinggi 1,48-13,05%. Kandungan Fe-bebas terendah dijumpai pada Inceptisol Cucum, sementara Al- dan Si-bebas terendah dijumpai pada Inceptisol Buket Meusara. Berdasarkan komposisi Fe, Al, dan Si, maka ketiga ordo tanah tersebut termasuk tanah yang sedang berkembang lanjut dan mempunyai status kesuburan tanah content of Free Fe, Al, and Si and Soil Fertility Status of Entisol and Inceptisol in Dryland of Jantho, Aceh Besar DistrictAbstract. In soils, the free of Fe, Al, and Si are generally found as a mineral that are the main composition of the soil in humid tropical dryland. The content of these elements in the soil can be extracted with dithionite-citrate solution. This research aims to know the content and distribution of free Fe, Al, and Si in the soil horizon layers of each soil order of Entisol from Jalin, and Inceptisol from Cucum and Buket Meusara vilages of dryland of Jantho, Aceh Besar District and to evaluate the soil fertility status. Fe, Al, and Si were extracted with N Na-dithionite-citrate Holmgren, 1976 and measured their consentration by atomic absorption Spectrophotometry AAS. The results showed that the content of free Fe on the third soil order are low while free Al of soil varies between soil order and range from low to high The content of free Si on the third soil order in dryland of Jantho also varies from low to high The lowest free Fe content of soil found at Inceptisol Cucum, while the lowest free Al and Si content found at Inceptisol Buket Meusara. Based on the Fe, Al, and Si composition, the third soil order includes as developing advanced soils which low soil fertility status.... Nilai pH H2O tertinggi dijumpai pada penggunaan lahan sawah lapisan atas permukaan hal ini diduga karena pada lapisan permukaan lahan sawah telah dilakukan pengapuran atau pemupukan, sehingga nilai pH H2O meningkat lebih tinggi. Nilai pH H2O terendah dijumpai pada penggunaan lahan padang rumput, hal ini diduga karena pada lapisan tersebut lebih mudah terjadi pencucian basa-basa kelapisan bawah oleh air hujan sehingga pH menurun Azmul et al., 2016 Menurut Sufardi 2012 suatu tanah dikategorikan sebagai tanah masam apabila pH tanahnya pH H2O <6,50. Hal ini menguatkan hasil analisis yang telah dilakukan bahwa pada berbagai pola penggunaan lahan didapati tanah tersebut memiliki nilai pH tanah yang masam karena memiliki nilai pH <6,50, kecuali pada penggunaan lahan sawah. ...Duana Erisa Zuraida ZuraidaMunawar KhalilAbstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi fraksi fosfor P pada beberapa pola penggunaan lahan kering Ultisol di Desa Jalin Jantho Aceh Besar. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang didasarkan pada pengamatan ciri - ciri tanah dilapangan dan analisis tanah di laboratorium. Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa kandungan P-tersedia tanah paling tinggi di jumpai pada penggunaan lahan sawah lapisan permukaan 1,6 ppm, Kandungan P-total tertinggi dijumpai pada penggunaan lahan hutan sekunder lapisan bawah permukaan 76 ppm. Bentuk fosfor yang paling diminan dijumpai berupa fraksi Fe-P kemudian diikuti oleh Al-P dan Ca-P. Nilai Fraksi Fe-P tertinggi terdapat pada lapisan bawah permukaan hutan sekunder 2141,59 ppm, Nilai fraksi Al-P tertinggi terdapat pada lapisan permukaan padang rumput 12,32 ppm, Nilai Ca – P hanya dijumpai pada penggunaan lahan hutan sekunder lapisan atas permukaan 413,61 ppm dan lapisan bawah permukaan 2141,56 ppm The Study of Phosphorus P Fractionation on some Patterns the Use of Ultisol Dry Land in Jalin Jantho, Aceh BesarAbstract. This study aims to determine the composition of the phosphorus fraction P in some patterns in the use of Ultisol dry land in Jalin Jantho, Aceh Besar. This research uses descriptive method based on observation of soil characteristics in the field and soil analysis in the laboratory. The analysis of research indicated that the highest P-content was encountered on the topsoil wetland ppm, the highest total P-content was found in the use of subsoil secondary forest 76 ppm. The most visible phosphorus form is found in the Fe-P fraction followed by Al-P and Ca-P. The highest Fe-P fraction value is found in the subsoil secondary forest 2141,59 ppm. The highest Al-P fraction is found on the grassland topsoil 12,32 ppm, Ca-P value is only found in the use of topsoil ppm and subsoil secondary forest ppmAndria Syah Putra Sufardi FajriThe objectives of this research aimed to study effects of cultivation technology and appropriate dosages of NPK on Characteristics of Soil Chemistry and rice product. The experiment was arranged in a factorial split plot design with three replicates. Factor of cultivation technology consisted of four levels, legowo system cultivating, conventional system cultivating, salibu technology, and ratooning technology. Factor of appropriate dosages of NPK consisted of three levels 100 kgs ha-1 NPK Phonska, 200 kgs ha-1 NPK Phonska, 300 kgs ha-1 NPK Phonska. The result showed that cultivation technology exerted higgly significant effect on N-total, pH H2O, KTK, C–organic, weight of 1000 grains, numbers of productive tillers, yields, and exert a significant effect on Kdd. Appropriate dosages of NPK exerted highly significant effects on yields and exerted a significant effect on N-total and numbers of productive tillers. Interaction between cultivation technology and appropriate dosages of NPKshowed highly significant on N-total, numbers of production tillers and yields. The highest yields of rice showed by cultivation technologylegowo system with appropriate dosages of 300 kgs ha-1 NPK Phonska, however based on financial analysis cultivation technology of salibu turned out the best of other cultivation technology since it required minimum has not been able to resolve any references for this publication.
keterbatasanstomatal dan non-stomatal fotosintesis (Pereira et al. 2013). Tingkat kritis toksisitas Fe dalam tidak termasuk ke dalam unsur hara esensial bagi tanaman (Hayasaka et al. 2005
0% found this document useful 0 votes300 views12 pagesCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsPPT, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes300 views12 pagesUnsur Hara EsensialJump to Page You are on page 1of 12 You're Reading a Free Preview Pages 6 to 11 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. GSC6A3W.
  • p1m149wlk7.pages.dev/42
  • p1m149wlk7.pages.dev/979
  • p1m149wlk7.pages.dev/3
  • p1m149wlk7.pages.dev/157
  • p1m149wlk7.pages.dev/556
  • p1m149wlk7.pages.dev/514
  • p1m149wlk7.pages.dev/149
  • p1m149wlk7.pages.dev/394
  • p1m149wlk7.pages.dev/563
  • p1m149wlk7.pages.dev/646
  • p1m149wlk7.pages.dev/903
  • p1m149wlk7.pages.dev/850
  • p1m149wlk7.pages.dev/805
  • p1m149wlk7.pages.dev/805
  • p1m149wlk7.pages.dev/148
  • unsur hara esensial dan non esensial